Saturday, June 21, 2014

Proposal Malaria

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Malaria adalah penyakit infeksi parasit utama di dunia yang mengenai hampir 170 juta orang tiap tahunnya. Penyakit ini juga berjangkit di hampir 103 negara, terutama negara-negara di daerah tropik pada ketinggian antara 400-3.000 dari permukaan laut (dpl) dengan kelembaban tidak kurang dari 60%. (Musito, 2010-2011).
Upaya penanggulangan penyakit malaria dengan aktivitas yang diberi nama gebrak malaria telah di lakukan pemerintah dengan dukungan organisasi kesehatan dunia. Gebrak malaria yang dimulai tahun 2000 meliputi daerah Kabupaten Riau Kepulauan, Cilacap, Jawa Tengah, dan Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. (Musito, 2010-2011).
Malaria masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia sampai saat ini. Derajat Endemisitas Malaria di Indonesia berbeda antara satu daerah dengan daerah lain (Pribadi dan Sungkar, 1994). Data hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan jumlah penderita malaria klinis di seluruh Indonesia mencapai 15 Juta orang dan 43 Ribu diantaranya meninggal. Jumlah penderita malaria cenderung mengalami kenaikan pertahunnya Tahun 2006, wabah Malaria dinyatakan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) di 7 provinsi, dengan jumlah penderita mencapai 1.107 orang, 23 diantaranya meninggal. Sedangkan tahun 2007 KLB terjadi di 8 provinsi, dengan jumlah penderita mencapai 1.256 orang dan mengakibatkan 74 penderitanya meninggal dunia (Zubersafawi, 2010).
Indonesia terdapat daerah yang merupakan fokus penularan penyakit Malaria, yaitu daerah terpancil dan di daerah yang kegiatan ekonominya berkaitan dengan hutan dan perpindahan penduduk. Keadaan lingkungan ini umumnya buruk, sarana kesehatan lemah, dan kerja sama lintas sektoral kurang memadai. Keadaan ini sebagian besar terdapat di daerah bagian Timur.
Indonesia Penyakit Malaria tergolong penyakit menular yang masih bermasalah. Penyakit ini banyak disemua pulau Indonesia, mulai dari dataran rendah hingga dataran tinggi, baik di kota maupun di desa. Sebagian penduduk Pada 20 provinsi di Indonesia terjangkit penyakit Malaria. Lebih dari 40 juta penduduk Indonesia bermukim di daerah Malaria, sekitar 11 juta di antaranya tinggal diJawa dan diBali.
Malaria masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia sampai saat ini. Derajat Endemisitas Malaria di Indonesia berbeda antara satu daerah dengan daerah lain. Data hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan jumlah penderita malaria klinis di seluruh Indonesia mencapai 15 juta orang dan 43 ribu diantaranya meninggal. Jumlah penderita malaria cenderung mengalami kenaikan pertahunnya Tahun 2006, wabah Malaria dinyatakan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) di 7 provinsi, dengan jumlah penderita mencapai 1.107 orang, 23 diantaranya meninggal. Sedangkan tahun 2007 KLB terjadi di 8 provinsi, dengan jumlah penderita mencapai 1.256 orang dan mengakibatkan 74 penderitanya meninggal dunia (Zubersafawi, 2011).
Mencegah berkembangnya penyakit yang ditularkan nyamuk tersebut, katanya, masyarakat perlu meningkatkan pola hidup sehat dan bersih.  Masyarakat di himbau untuk membudayakan pola hidup sehat dengan membersihkan lingkungan untuk menghindari dari sebaran penyakit musim hujan. Masyarakat di minta untuk lebih memperhatikan lingkungan saat musim hujan dengan sanitasi sehingga dapat menekan perkembangbiakan nyamuk penyebab penyakit malaria.
Seperti diketahui, penyakit Malaria yang disebabkan oleh gigitan nyamuk akan berkurang apabila masyarakat memahami akan kebersihan lingkungan sehingga tidak ada celah nyamuk bersarang atau berkembangbiak, langkah itu mengurangi sebaran penyakit yang menyerang kesehatan manusia. Adanya kasus malaria yang masih menjadi masalah, menunjukkan kondisi fisik rumah dan lingkungan sekitar rumah bahwa penularan penyakit masih terus barlangsung dan pengendalian vektor harus dilakukan.
Kesakitan malaria sampai saat ini disebabkan karena adanya kontak nyamuk dengan manusia sebagai vektor malaria. Kalau disuatu daerah dijumpai kasus Malaria dan ada nyamuk yang menjadi atau diduga sebagai vektornya serta ada tempat perindukannya maka sudah dapat dipastikan bahwa penularan terjadi di daerah tersebut (Barodji, 2010).
Kasus malaria akan terus meningkat, ini berkaitan dengan kondisi lingkungan fisik rumah yaitu mudah tidaknya nyamuk masuk kedalam rumah yang dipengaruhi oleh ventilasi yang dipasang kawat kasa, kerapatan dinding dan adanya langit-langit rumah. Kondisi lingkungan sekitar rumah yang mendukung perindukan nyamuk yaitu ada tidaknya tempat perindukan dan persinggahan nyamuk di sekitar rumah. Karena dilihat dari bionomik vektor, bahwa pada siang hari Anopheles maculates dan Anopheles balabacensis ditemukan istirahat di semak-semak dan di kandang Kambing yang terbuat dari bambu. Tempat perkembangbiakannya di parit atau selokan dan di genangan-genangan air jernih. Sedangkan perilaku menghisap darah sejak sore hari dan paling banyak menggigit sekitar pukul 21.00-03.00
Nyamuk pada musim kemarau lebih tinggi dibanding musim penghujan kejadian ini disebabkan tempat perindukan vektor yang berupa genangan-genangan air sungai lebih banyak ditemukan pada musim kemarau, sedangkan pada musim penghujan tidak diemukan genangan air disungai-sungai kecil di Indonesia, penyakit Malaria yang menular lewat vektor nyamuk ini masih merupakan masalah. Masih ada sekitar 42,85 juta penduduk Indonesia didaerah berisiko tinggi terserang Malaria. Daerah-daerah terpencil yang kehidupan ekonomi masyarakatnya berkaitan dengan hasil hutan, merupakan daerah berisiko tinggi terkena penyakit Malaria khususnya daerah yang mobilitas perpindahan penduduknya tinggi (daerah transmigrasi), kondisi lingkungan hidup dan sanitasi yang buruk, serta infrastruktur kesehatan yang lemah.
Faktor lingkungan adalah lingkungan dimana manusia dan nyamuk berada yang memungkinkan terjadinya penularan Malaria setempat (indigenous), lingkungan tersebut terbagi atas lingkungan fisik, lingkungan kimia, lingkungan biologik dan lingkungan sosial budaya.
Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga Tahun 1995 di perkirakan 15 juta penduduk Indonesia menderita malaria dan 30.000 di antaranya meninggal dunia. Morbilitas (angka kesakitan) malaria sejak 3 tahun terakhir menunjukkan peningkatan. DiJawa dan diBali, peningkatan terjadi dari 18 kasus per 100.000 penduduk pada tahun 1998 menjadi 48kasus per 100.000 penduduk di tahun 2000. Di luar jawa dan bali, terdapat peningkatan dari 1.750 kasus per 100.000 penduduk pada tahun 1998 menjadi 2.800 kasus per 100.000 penduduk pada tahun 2000.
Peningkatan kejadian Malaria selain akibat perubahan iklim juga karena perubahan lingkungan, antara lain penelantaran tambak, genangan air di bekas galian pasir dan penebangan hutan bakau. Hal ini diperparah dengan perpindahan penduduk dari daerah endemis ke daerah bebas Malaria dan sebaliknya.
Berdasarkan data kesehatan sepuluh besar penyakit yang terdapat di Puskesmas Timika Jaya Tahun 2012, menunjukkan pada satu tahun terakhir penyakit Malaria masih menempati urutan pertama yaitu terjadi pada bulan November Tahun 2013 dengan jumlah 6239 kasus Malaria.
Adapun berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis melakukan penelitian tentang Malaria kaitanya dengan Gambaran Fisik Rumah Penderita Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Timika Jaya RW1/RT1, Kelurahan Timika Jaya.

A.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1.    bagaimana Gambaran Fisik Rumah Penderita Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Timika Jaya RW1/RT1 Kelurahan Timika Jaya?
2.    Bagaimana kondisi fisik rumah penderita Malaria di wilayah kerja Puskesmas Timika Jaya  RW1/RT1 kampung timika jaya (suhu, kelembaban, luas ventilasi, kawat kasa pada ventilasi, langit-langit, lingkungan sekitar rumah, keberadaan hewan ternak sekitar rumah)
C.      Tujuan Penelitian
1.    Tujuan umum
Mengetahui Gambaran Fisik Rumah Penderita Malaria di wilayah kerja Puskesmas Timika Jaya RW1/RT1 Kelurahan Timika Jaya.
2.    Tujuan khusus
a.    Mengetahui gambaran fisik rumah berdasarkan suhu ruangan penderita Malaria di wilayah kerja Puskesmas Timika Jaya RW1/RT1 Kampung Timika Jaya.
b.    Mengetahui gambaran fisik rumah berdasarkan kelembaban ruangan penderita Malaria di wilayah kerja Puskesmas Timika Jaya RW1/RT1 Kampung Timika Jaya.
c.    Mengetahui gambaran fisik Ventilasi rumah penderita Malaria di wilayah kerja Puskesmas Timika Jaya RW1/RT1 Kampung Timika Jaya.
d.   Mengetahui gambaran fisik kawat kasa rumah penderita Malaria di wilayah kerja Puskesmas Timika Jaya RW1/RT1 Kampung Timika Jaya.
e.    Mengetahui gambaran fisik langit-langit rumah penderita Malaria di wilayah kerja Puskesmas Timika Jaya RW1/RT1 Kampung Timika Jaya.
f.     Mengetahui gambaran fisik lingkungan sekitar rumah penderita Malaria di wilayah kerja Puskesmas Timika Jaya RW1/RT1 Kampung Timika Jaya.
g.    Mengetahui gambaran fisik keberadaan hewan ternak penderita Malaria di wilayah kerja Puskesmas Timika Jaya RW1/RT1 Kampung Timika Jaya.
D.  Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat diharapkan memberikan manfaat pada beberapa pihak antara lain :
1.    Bagi instansi kesehatan
          Sebagai masukan atau bahan pertimbangan kepada pengelola Progam Pemberantasan Penyakit Menular terutama pada pengelola program penyakit malaria.
2.    Bagi masyarakat
          Sebagai sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan dalam upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit Malaria.
3.    Bagi mahasiswa
       Menambah wawasan dan pengalaman bagi mahasiswa dalam menerapkan ilmu pengetahuan dibangku kuliah.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.  Landasan teori
1.    Pengertian Rumah
Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman, perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan. Sedangkan rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman dan area sekitarnya yang dipakai sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga.
Perumahan merupakan kebutuhan dasar manusia dan juga merupakan determinan kesehatan masyarakat. Karena itu pengadaan perumahan merupakan tujuan fundamental yang kompleks dan tersedianya standar perumahan merupakan isu penting dari kesehatan masyarakat. Perumahan yang layak untuk tempat tinggal harus memenuhi syarat kesehatan sehingga penghuninya tetap sehat. Perumahan yang sehat tidak lepas dari ketersediaan prasarana dan sarana yang terkait, seperti penyediaan air bersih, sanitasi pembuangan sampah, transportasi, dan tersedianya pelayanan sosial (Krieger and Higgins, 2010).
Lingkungan perumahan adalah suatu pemukiman atau perumahan sangat berhubungan dengan kondisi ekonomi, sosial, pendidikan, tradisi atau kebiasaan, suku, geografi, dan kondisi lokal. Selain itu lingkungan perumahan atau pemukiman dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat menentukan kualitas lingkungan perumahan tersebut, antara lain fasilitas pelayanan, perlengkapan, peralatan yang dapat menunjang terselenggaranya kesehatan fisik, kesehatan mental, kesejahteraan sosial bagi individu dan keluarganya.
Menurut WHO, rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik untuk kesehatan keluarga dan individu (Komisi WHO Mengenai Kesehatan dan Lingkungan, 2001).
Perumahan sehat merupakan konsep dari perumahan sebagai faktor yang dapat meningkatkan standar kesehatan penghuninya. Konsep tersebut melibatkan pendekatan sosiologis dan teknis pengelolaan faktor risiko dan berorientasi pada lokasi, bangunan, kualifikasi, adaptasi, manajemen, penggunaan dan pemeliharaan rumah dan lingkungan di sekitarnya.
Menurut Wicaksono (2009), rumah adalah sebuah tempat tujuan akhir dari manusia. Rumah menjadi tempat berlindungni dari cuaca dan kondisi lingkungan sekitar, menyatukan sebuah keluarga, meningkatkan tumbuh kembang kehidupan setiap manusia, dan menjadi bagian dari gaya hidup manusia.
Rumah harus dapat mewadahi kegiatan penghuninya dan cukup luas bagi seluruh pemakainya, sehingga kebutuhan ruang dan aktivitas setiap penghuninya dapat berjalan dengan baik. Lingkungan rumah juga sebaiknya terhindar dari faktor-faktor yang dapat merugikan kesehatan (Hindarto, 2011).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rumah sehat adalah bangunan tempat berlindung dan beristirahat serta sebagai sarana pembinaan keluarga yang menumbuhkan kehidupan sehat secara fisik, mental dan sosial, sehingga seluruh anggota keluarga dapat bekerja secara produktif. Oleh karena itu keberadaan perumahan yang sehat, aman, serasi, teratur sangat diperlukan agar fungsi dan kegunaan rumah dapat terpenuhi dengan baik.
a.    Rumah Sehat
Rumah adalah struktur fisik, orang menggunakan untuk tempat berlindung yang dilengkapi beberapa fasilitas yang berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani baik untuk keluarga maupun individu. Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia disamping pangan dan sandang, agar rumah dapat berfungsi sebagai tempat tinggal yang baik diperlukan beberapa persyaratan. (Hindarto, 2011). Rumah sehat harus memenuhi beberapa persyaratan, antara lain:
1)   Rumah harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat terpenuhi kebutuhan fisik dasar dari penghuninya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan di sini ialah :
a)    Rumah tersebut harus terjamin penerangannya yang dibedakan atas cahaya matahari dan lampu.
b)   Rumah tersebut harus mempunyai ventilasi yang sempurna, sehingga aliran udara segar dapat terpelihara.
c)    Rumah tersebut dibangun sedemikian rupa sehingga dapat dipertahankan suhu lingkungan.
d)   Rumah harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat terpenuhi kebutuhan kejiwaan dasar dari penghuninya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
(1)     Terjamin berlangsungnya hubungan yang serasi antara anggota keluarga yang tinggal bersama.
(2)      Menyediakan sarana yang memungkinkan dalam pelaksanaan pekerjaan rumah tangga tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan.
(3)      Rumah tersebut harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat melindungi penghuni dari penularan penyakit atau berhubungan dengan zat-zat yang membahayakan kesehatan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
(a)  Rumah yang di dalamnya tersedia air bersih yang cukup
(b)  Ada tempat pembuangan sampah dan tinja yang baik
(c)  Terlindung dari pengotoran terhadap makanan
(d)     Tidak menjadi tempat bersarang binatang melata ataupun penyebab penyakit lainnya
(e)      Rumah harus dibangun sedemikian rupa sehingga melindungi penghuni dari kemungkinan terjadinya bahaya kecelakaan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
                                                                   i.     Rumah yang kokoh
                                                                 ii.     Terhindar dari bahaya kebakaran
                                                               iii.     Alat-alat listrik yang terlindungi
                                                               iv.     Terlindung dari kecelakaan lalu lintas (Azwar, 1996)
Kondisi fisik rumah berkaitan sekali dengan kejadian Malaria, terutama yang berkaitan dengan mudah atau tidaknya nyamuk masuk ke dalam rumah.
Ventilasi yang tidak di pasang kawat kasa dapat mempermudah nyamuk masuk kedalam rumah. Langit-langit atau pembatas ruangan dinding bagian atas dengan atap yang terbuat dari kayu, internit maupun anyaman bambu halus sebagai penghalang masuknya nyamuk ke dalam rumah dilihat dari ada tidaknya langit-langit pada semua sebagian ruangan rumah.
Kualitas dinding yang tidak rapat jika dinding rumah terbuat dari anyaman bambu kasar ataupun kayu/papan yang terdapat lubang lebih dari 1,5 mm² akan mempermudah nyamuk masuk ke dalam rumah (Darmadi, 2010).
b.    Manfaat Rumah Sehat
Berikut ini adalah beberapa manfaat dari rumah sehat, antara lain: untuk tempat beristirahat, tempat tinggal dan kegiatan hidup harian. Melindungi manusia dari cuaca baik / buruk. Mencegah penyebaran penyakit menular. Melindungi penghuninya dari bahaya-bahaya dari luar. Meningkatkan hubungan sosial diantara penghuninya.
c.    Syarat-syarat Rumah Sehat
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 829/Menkes/SK/VII/1999. Ketentuan persyaratan kesehatan rumah tinggal adalah sebagai berikut:
1)   Memenuhi syarat kebutuhan fisik dasar penghuninya
2)   temperatur
3)   penerangan
4)   ventilasi dan kebisingan
5)   Memenuhi syarat kebutuhan kejiwaan dasar penghuninya
6)   health is begun athom Memenuhi syarat melindungi penghuninya dari penularan penyakit
7)   air bersih
8)   pembuangan sampah
9)   terhindar dari pencemaran lingkungan
10)    tidak jadi sarang vektor
11)    Memenuhi syarat melindungi penghuni dari kemungkinan bahaya dan kecelakaan :
a)    Kokoh
b)   tangga tak curam
c)    bahaya kebakaran
d)   listrik
e)    Keracunan
f)    kecelakaan lalu lintas
g)   Kontruksi Rumah Sehat
Bahan-bahan bangunan Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan zat yang dapat membahayakan kesehatan, antara lain:
1)   Debu total kurang dari 150 mg per meter persegi
2)   Asbestos kurang dari 0,5 serat per kubik, per 24 jam
3)   Timbal (Pb) kurang dari 300 mg per kg bahan
4)   Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme patogen.
5)   Komponen dan penataan ruangan Lantai kedap air dan mudah dibersihkan
6)   Dinding rumah memiliki ventilasi
7)   di kamar mandi dan kamar cuci kedap air dan mudah dibersihkan
8)   Langit-langit rumah mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan
9)   Bumbungan rumah 10 m dan ada penangkal petir
10)    Ruang ditata sesuai dengan fungsi dan peruntukannya
11)    Dapur harus memiliki sarana pembuangan asap
12)    Pencahayaan
Pencahayaan alam tau buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi seluruh ruangan dengan intensitas penerangan minimal 60 lux dan tidak menyilaukan mata.
13)    Kualitas udara
a)    Suhu udara nyaman, antara 18 – 30 oC;
b)   Kelembaban udara, antara 40 – 70 %;
c)    Gas SO2 kurang dari 0,10 ppm per 24 jam
d)   Pertukaran udara 5 kali 3 per menit untuk setiap penghuni
e)    Gas CO kurang dari 100 ppm per 8 jam
f)    Gas formaldehid kurang dari 120 mg perameter kubik.
14)    Ventilasi
          Luas lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% luas lantai.
15)    Vektor penyakit
Tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus yang bersarang di dalam rumah.
16)    Penyediaan air
Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter perorang setiap hari; Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan air minum menurut Permenkes 416 tahun 1990 dan Kepmenkes 907 tahun 2002.
17)    Pembuangan Limbah
Limbah cair yang berasal rumah tangga tidak mencemari sumber air, tidak menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah. Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan bau, tidak mencemari permukaan tanah dan air tanah.
18)    Kepadatan hunian
Luas kamar tidur minimal 8 meter persegi, dan dianjurkan tidak untuk lebih dari 2 orang tidur.
d.   Rumah Sehat Bebas Nyamuk
1)   Beri pencahayaan alami yang cukup pada rumah
Nyamuk sangat menyukai untuk bersarang di lingkungan yang lembab, dingin dan gelap. Upayakan agar desain rumah memiliki pencahayaan alami yang dibuat cukup besar sehingga mampu memberi akses sinar matahari ke dalam ruangan.
2)   Hilangkan genangan air yang bisa jadi tempat berkembang biak. Buanglah sampah dan barang-barang bekas seperti kaleng, tong, pot, baskom, ember yang bisa menjadi tempat berkembang biak nyamuk. Ingatlah bahwa nyamuk betina akan bertelur di dalam air yang tergenang. Telur-telur ini akan berkembang menjadi larva dan kemudian berubah menjadi bentuk dewasa dalam 10 hari. Kuras bak mandi minimal seminggu sekali untuk mencegah telur nyamuk menetas menjadi larva. Berilah beberapa ekor ikan di kolam taman sebagai predator alami larva nyamuk. Jika Anda memang tidak bisa menghilangkan genangan air tersebut, maka masukkan bubuk abate sesuai petunjuk untk mencegah larva berkembang menjadi nyamuk dewasa.
3)   Ubah kebiasaan menggantung baju dalam jangka waktu lama.
Jangan dibiasakan untuk menggantung baju-baju di gantungan (terutama di belakang pintu) dalam waktu lama. Selain menimbulkan kesan kurang rapi, juga bisa menjadi tempat hunian yang nyaman bagi nyamuk. Gantunglah baju didalam lemari gantung dan berilah pengharum semacam kapur barus dsb.
4)   Pasang tirai/kasa nyamuk.
Untuk mencegah nyamuk memasuki nyamuk, Anda sebaiknya memasang tirai nyamuk pada lubang-lubang ventilasi, jendela atau pintu. Pada saat ini sudah banyak produk tirai nyamuk modern dari berbagai merek, yang bisa dipasang secara praktis dan pemasangannya akan menjadi bagian dari interior penghias ruangan yang menarik.
5)   Pangkas tanaman yang terlalu rimbun.
Tanaman- tanaman yang berdaun rimbun di sekitar rumah memang akan memberi suasana teduh, segar dan alami. Akan tetapi sebaliknya lokasi tersebut juga akan menjadi hunian yang disukai nyamuk. Pangkaslah daun-daun yang terlalu rimbun secara berkala untuk mencegah menjadi tempat hunian nyamuk.
6)   Tanamlah tanaman yang tidak disukai nyamuk.
Ternyata tidak semua tanaman disukai oleh nyamuk. Beberapa jenis tanaman justru memiliki aroma yang sangat dibenci nyamuk, misalnya tanaman Lavender, Akar Wangi, Geranium, Zodia dan Selasih. Boleh dicoba untuk menanam tanaman tersebut di sekitar rumah Anda, siapa tahu ternyata bisa jadi cara ampuh mengusir nyamuk.
7)      Pasang perangkap nyamuk.
Ada baiknya Anda memasang perangkap nyamuk, yang bisa berfungsi untuk menarik perhatian nyamuk, menangkap dan membunuhnya. Banyak literatur di internet yang memberikan informasi tentang cara membuat alat perangkap nyamuk secara mudah. Namun jika Anda suka yang praktis, bisa langsung membelinya di pusatpusat perbelanjaan. Alat tersebut dirancang untuk menyebarkan aroma dan cahaya yang disukai nyamuk kemudian saat nyamuk mendekatinya akan disedot oleh kipas angin lalu memasukkannya kedalam perangkap hingga mati. Berbagai merk alat perangkap nyamuk telah diproduksi di pasaran dengan harga yang bervariasi.
8)   Gunakan obat anti nyamuk yang aman.
Jika cara-cara di atas ternyata belum maksimal, gunakan obat anti nyamuk di rumah Anda. Ada berbagai jenis dan merk, mulai dari jenis obat nyamuk bakar, obat nyamuk semprot, elektrik hingga berupa cream/ lotion. Pilihah obat anti nyamuk yang aman bagi kesehatan
e.    Upaya Agar Rumah Menjadi Sehat
Yang perlu dilakukan agar rumah menjadi sehat yaitu antara lain:
1)   membuka jendela kamar setiap pagi dan siang.
2)   Membersihkan rumah dan halaman rumah setiap hari.
3)   Kamar mandi dijaga kebersihannya setiap hari.
4)   Membuang sampah pada tempatnya.
5)   Mendapat penerangan yang cukup.
6)   Dinding diusahakan terang.
7)   Menata rapi barang di rumah.
8)   Melakukan penghijauan pada halaman.
9)   Menguras bak mandi.
10)    Mengubur barang bekas.
f.     Parameter Indikator Penilaian Rumah
Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia disamping sandang dan pangan, sehingga penghuninya tetap sehat dan dapat bekerja produktif. Kontruksi rumah dan lingkungannya yang tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor resiko sebagai sumber penularan penyakit yang berbasis lingkungan. Dalam penilaian rumah sehat menurut Keputusan Mentri Kesehatan RI No.829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan rumah, parameter yang dinilai meliputi tiga kelompok komponen penilaian yaitu :
1)   Kelompok rumah, meliputi langit-langit, dinding, lantai, jendela kamar tidur, jendela ruang keluarga dan ruang tamu, ventilasi, sarana pembuangan asap dapur dan pencahayaan.
2)   Kelompok sarana sanitasi, meliputi sarana air bersih, sarana pembuangan kotoran, saluran pembuangan air limbah, sarana tempat pembuangan sampah.
3)   Kelompok perilaku penghuni, meliputi membuka jendela kamar tidur, membuka jendela ruang keluarga, membersihkan rumah dan halaman, membuang tinja bayi dan balita ke jamban, membuang sampah pada tempat sampah.
Penjabaran komponen parameter yang dipergunakan untuk menentukan rumah sehat adalah sebagaimana yang tercantum dalam Kepmenkes di atas sebagai berikut :
a)    Bahan bangunan
Syarat bahan bangunan yang diperbolehkan antara lain:
(1)     Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepas zat-zat yang dapat membahayakan kesehatan, seperti debu total tidak lebih dari 150 μg/m3, asbes bebas tidak melebihi 0,5 fiber/m3/4 jam, dan timah hitam tidak melebihi 300 mg/kg.
(2)     Tidak terbuat dari bahan yang dapat memungkinkan tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme patogen.

b)   Komponen dan penataan ruang rumah
Komponen rumah harus memenuhi persyaratan fisik dan biologis seperti berikut:
1)   Lantai yang kedap air dan mudah dibersihkan.
2)   Dinding rumah dilengkapi dengan sarana ventilasi untuk pengaturan sirkulasi udara, dan untuk kamar mandi dan tempat cuci harus kedap air dan mudah dibersihkan.
3)   Langit-langit
Langit-langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan.
Bubungan rumah yang memiliki tinggi 10 m atau lebih harus dilengkapi dengan penangkal petir. Ruang di dalam rumah harus ditata agar berfungsi sebagai ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan, ruang tidur, ruang dapur, ruang mandi, dan ruang bermain anak.
4)   Pencahayaan
Pencahayaan dalam ruangan dapat berupa pencahayaan alami dan atau buatan, yang secara langsung ataupun tidak langsung dapat menerangi seluruh ruangan. Intensitas minimal pencahayaan dalam ruangan adalah 60 lux dan tidak menyilaukan.


5)   Kualitas udara
Kualitas udara dalam ruangan tidak boleh melebihi ketentuan sebagai berikut :
a)     Suhu udara nyaman berkisar 18° sampai 30° C.
b)    Kelembapan udara berkisar antara 40% sampai 70%.
c)     Konsentrasi gas SO2 tidak melebihi 0,10 ppm/24 jam.
d)        Pertukaran udara (air exchange rate) = 5 kaki kubik per menit per penghuni.
e)         Konsentrasi gas CO tidak melebihi 100 ppm/8 jam.
f)         Konsentrasi gas formaldehid tidak melebihi 120 mg/m3
6)   Ventilasi
Luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% dari luas lantai. Ada dua macam ventilasi yaitu :
(1)  Ventilasi alamiah,
yaitu ventilasi yang terjadi secara alamiah dimana udara masuk melalui jendela, pintu, ataupun lubang angin yang sengaja dibuat untuk itu.
(2)  Ventilasi buatan
Adalah ventilasi berupa alat khusus untuk mengalirkan udara, misalnya penghisap udara (exhaust ventilation) dan air condition (AC).

2.    Malaria
a.    Definisi Malaria
Menurut Departemen Kesehatan RI tahun 2003 Malaria adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh beberapa parasit plasmodium yang hidup dan berkembangbiak dalam sel darah merah manusia dan penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina dari orang ke orang ataupun dari penderita kepada orang yang sehat.
Penyakit malaria dapat menyerang semua kelompok umur dan semua jenis kelamin. Penyakit malaria adalah suatu penyakit menular yang banyak di derita oleh penduduk di daerah tropis dan subtropic (Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan).
b.    Epidemologi Malaria
Epidemologi Malaria adalah ilmu yang mempelajari tentang penyebaran malaria dan determinan yang mempengaruhinya dalam masyarakat. Malaria tersebar di seluruh dunia, baik di daeah tropis dan subtropics maupun daerah yang beriklim dingin. Di Indonesia malaria tersebar baik di Jawa, Bali, Papua, maupun di luar pulau-pulau yang lainnya. Untuk mengetahui tingkat endemitas di suatu daerah, harus dilakukan pemeriksaan indeks limpa (spleen index) dan indeks parasit (parasite index). Selain itu harus diteliti nyamuk Anopheles untuk menentukan angka infeksi (infection rate) dan kepadatan nyamuk (mosquito density). Selain itu kehidupan sosial budaya penduduk dan lingkungan hidup di daerah harus dipelajari dengan seksama.
Derajat endemitas malaria, menurut World Health Organization (WHO), berdasarkan indeks limpa daerah malaria diklasifikasikan atas empat tingkatan, yaitu :
1)   Hipoendemis : indeks limpa antara 0 sampai 10 persen.
2)   Mesoendemis : indeks limpa antara 11 sampai 50 persen.
3)   Hiperendemis : indeks limpa selalu di atas 75 persen disertai tingginya indeks limpa pada orang dewasa.
4)   Holoendemis : indeks limpa selalu diatas 75 persen dengan indeks limpa pada orang dewasa adalah rendah. Hal ini menunjukkan toleransi yang kuat orang dewasa terhadap malaria.
Dalam epidemologi malaria, selalu ada tiga faktor yang menjadi determinan dalam penyebaran malaria yang saling berhubungan yaitu :
a)    Agent (parasit malaria)
Egent atau penyebab penyakit Malaria adalah semua unsur atau elemen hidup ataupun tidak hidup dalam kehadirannya bila diikuti dengan kontak yang efektif dengan manusia yang rentan akan memudahkan terjadinya suatu proses penyakit. Agent penyebab malaria adalah protozoa dari genus plasmodium.


b)   Host (pejamu)
Penyakit malaria dapat menginfeksi setiap manusia, ada beberapa faktor intrinsik yang dapat mempengaruhi manusia sebagai penjamu penyakit malaria antara lain: usia/umur, jenis kelamin, suku/ras, sosial ekonomi, status perkawinan, riwayat penyakit sebelumnya, cara hidup, keturunan, status gizi, dan tingkat imunitas.
Nyamuk (host definitif) Nyamuk Anopheles yang menghisap darah hanya nyamuk Anopheles betina. Darah diperlukan untuk pertumbuhan telurnya. Perilaku nyamuk sangat menentukan dalam proses penularan malaria.
Beberapa sifat dan perilaku sangat penting adalah :
(1) Tempat hinggap atau istirahat
(a) Eksofilik : nyamuk hinggap dan istirahat di luar rumah.
(b) Endofilik : nyamuk hinggap dan istirahat di dalam rumah.
(2) Tempat menggigit
(a)  Eksofagik : lebih suka menggigit di luar rumah
(b)  Endofagik : lebih suka menggigit di dalam rumah
(3) Objek yang digigit :
(a)  Antrofofilig : lebih suka menggigit manusia
(b)  Zoofilig : lebih suka menggigit binatang


(4) Faktor lain yang penting adalah :
(a)      Umur nyamuk (longevity) semakin panjang umur nyamuk semakin besar kemungkinannya menjadi vektor penular atau vektor malaria.
(b)     Kerentanan nyamuk terhadap infeksi gametosit Frekuensi menggigit manusia
(c)      Siklus gonotrofik yaitu waktu yang diperlukan untuk matangnya telur.
c)    Environment (lingkungan)
Lingkungan adalah lingkungan manusia dan nyamuk berada. Nyamuk berkembang biak dengan baik bila lingkungannya sesuai dengan keadaan yang dibutuhkan oleh nyamuk untuk berkembang biak. Kondisi lingkungan yang mendukung perkembangan nyamuk tidak sama tiap jenis/spesies nyamuk. Nyamuk Anopheles aconitus cocok pada daerah perbukitan dengan sawah non teknis berteras, saluran air yang banyak ditumbuhi rumput yang menghambat aliran air. Nyamuk Anopheles balabacensis cocok pada daerah perbukitan yang banyak terdapat hutan dan perkebunan. Jenis nyamuk Anopheles maculatus dan Anopheles balabacensis sangat cocok berkembang biak pada tempat genangan air seperti bekas jejak kaki, bekas jejak roda kendaraan dan bekas lubang galian. Lingkungan yang mendukung kehidupan dan perkembangbiakkan nyamuk dapat dikelompokkan menjadi empat macam yaitu:
(1)     Lingkungan fisik
Lingkungan fisik yang berkaitan dengan umur dan perkembangbiakkan nyamuk Anopheles antara lain :
(a)  Suhu Udara
Suhu udara sangat mempengaruhi panjang pendeknya siklus sporogoni atau masa inkubasi ekstrinsik. Makin tinggi suhu makin pendek masa inkubasi ekstrinsik, dan sebaliknya makin rendah suhu makin panjang masa inkubasi ekstrinsik.
(b)  Kelembaban Udara
Kelembaban yang rendah akan memperpendek umur nyamuk. Kelembaban mempengaruhi kecepatan berkembang biak, kebiasaan menggigit, istirahat dan lain-lain dari nyamuk.
(c)  Hujan
Terdapat hubungan langsung antara hujan dan perkembangan larva nyamuk menjadi bentuk dewasa. Besar kecilnya pengaruh tergantung pada jenis hujan, derasnya hujan, jumlah hari hujan, jenis vektor dan jenis tempat perindukan. Hujan yang di selingi panas akan memperbesar kemungkinan berkembang biaknya Anopheles.

(d) Angin
Kecepatan angin pada saat matahari terbit dan terbenam yang merupakan saat terbangnya nyamuk ke dalam atau ke luar rumah, adalah salah satu faktor yang ikut menentukan jumlah kontak antara manusia dan nyamuk. Jarak terbang nyamuk dapat diperpendek atau diperpanjang tergantung kepada arah angin.
(e)  Sinar Matahari
Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan larva nyamuk berbeda-beda. Anopheles sundaicus lebih suka tempat yang teduh. Sebaliknya Anopheles hyrcanus lebih menyukai tempat yang terbuka. Anopheles barbirostris dapat hidup baik di tempat yang teduh maupun tempat yang terang.
(f)   Arus Air
Anopheles barbirostris menyukai tempat perindukan yang airnya statis atau mengalir sedikit. Anopheles minimus menyukai tempat perindukan yang aliran airnya cukup deras dan Anopheles letifer di tempat yang airnya tergenang.
(g)  Lingkungan Kimia
Lingkungan kimiawi sampai saat ini baru diketahui pengaruhnya adalah kadar garam tempat perindukan, misalnya Anopheles sundaicus tumbuh pada air payau dengan kadar garam 1,2- 2% dan tidak dapat berkembang biak pada kadar garam 4%.
(h)  Lingkungan Biologi
Lingkungan biologi tumbuhan bakau, lumut, ganggang dan berbagai jenis tumbuhan lain dapat mempengaruhi kehidupan larva nyamuk Anopheles karena dapat menghalangi sinar masuk atau melindungi dari serangan makhluk hidup yang lain. Adanya berbagai jenis ikan pemakan larva seperti ikan kepala timah, ikan gabus, ikan nila, mujair dan lain-lain akan mempengaruhi populasi nyamuk.
(i)   Lingkungan Sosial Budaya
Faktor ini besar pengaruhnya dibandingkan dengan faktor lingkungan lain. Kebiasaan untuk berada di luar rumah sampai larut malam dimana vektornya lebih bersifat eksofilik dan eksofagik akan memperbesar jumlah gigitan nyamuk. Penggunaan kelambu, pemasangan kawat kasa pada ventilasi, jendela yang tidak terbuka sampai senja, dinding rumah yang rapat dan adanya langit-langit rumah serta penggunaan zat penolak nyamuk yang intensitasnya berbeda sesuai dengan perbedaan status sosial masyarakat, akan mempengaruhi angka kesakitan malaria. Faktor yang cukup penting adalah pandangan masyarakat terhadap penyakit malaria, apabila malaria dianggap sebagai suatu kebutuhan untuk diatasi, upaya untuk menyehatkan lingkungan akan dilaksanakan oleh masyarakat.
c.    Penyebab Malaria
Di Indonesia sampai saat ini penyebab malaria pada manusia disebabkan oleh empat jenis Plasmodium, yaitu Plasmodium vivas, Plasmodium falciparum, Plasmodium malariae dan Plasmodium ovale. Jenis malaria yang ditimbulkan oleh empat jenis Plasmodiunm tersebut menimbulkan pola demam maupun gejala-gejala klinik yang berbeda-beda.
1)   Plasmodium vivax
Plasmodium vivax akan memberikan intensitas serangan dalam bentuk demam setiap tiga hari sekali, sehingga sering dikenal dengan istilah malaria tersiana. Masa inkubasi Malaria tersiana berkisar antara 12 – 17 hari, yang diawali dengan gejala nyeri kepala, nyeri pinggang, mual, muntah, dan badan terasa lesu. Pada awalnya timbul demam yang tidak teratur kemudian disusul dengan demam teratur setiap 48 jam sekali di waktu siang atau sore hari. Suhu badan dapat mencapai 40oC. Keadaan ini dapat diikuti dengan pembengkakan limpa dan timbul cacar herpes pada bibir, pusing dan rasa mengantuk. Kondisi tersebut terjadi karena ada gangguan di otak.

2)   Plasmodium falciparum
Penyakit malaria yang disebabkan oleh Plasmodium falcifarum banyak dijumpai di seluruh Kepulauan Indonesia. Penyakit malaria jenis ini termasuk malaria ganas dengan masa inkubasi 9 – 14 hari. Serangan dari plasmodium jenis ini diawali dengan rasa nyeri kepala, pegal linu, dan nyeri pinggang yang dilanjutkan dengan rasa mual serta muntah dan diare. Suhu badan tidak terlalu tinggi seperti serangan plasmodium yang lain sehingga penderita tidak terasa seperti sakit malaria.
Bila penderita tidak segera diobati, intesitas serangan semakin berat, bahkan dapat menyerang limpa hati. Apabila hati sudah terkena, akan timbul gejalah tambahan yang menyerupai penyakit kuning. Selain itu, penderita merasa gelisah dan kadang-kadang mengigau diikuti dengan keluarnya keringat dingin dan disertai dengan peningkatan frekuensi denyut nadi serta pernapasan.
Penyakit ini dapat menyerang ginjal yang ditandai warna air kencing menjadi keruh dan menghitam. Gejala selanjutnya mata membengkak dan penderita tidak dapat mengeluarkan air kecing dengan baik. Akibat paling buruk akan terjadi bila plasmodium tersebut sudah menyerang otak sehingga menyebabkan gumpalan darah pada pembulu darah. Akibat lebih lanjut dapat menyebabkan proses kelumpuhan, menurunnya kesadaran dan akhirnya penderita tersebut dapat meninggal.
3)   Plasmodium malariae
Plasmodium malariae akan menyebabkan serangan demam setiap empat hari sekali, sehingga sering dikenal dengan istilah malariae kuartana. Jenis malaria ini dapat tumbuh subur di daerah tropik, baik di dataran rendah maupun tinggi. Masa inkubasi plasmodium ini antara 18–40 hari. Gejala serangannya menyerupai plasmodium vivax. Namun, demam dirasakan pada sore hari dengan frekuensi yang teratur. Plasmodium Malariae dapat menyebabkan gangguan pada ginjal yang bersifat menahun.
4)   Plasmodium ovale
Plasmodium ovale banyak dijumpai di Indonesia bagian timur, terutama di Papua. Gejalanya mirip dengan serangan Plasmodium vivax. Malaria yang disebabkan parasit jenis ini relatif jarang kambuh dan dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan.
d.   Gejala Malaria
Tiga tanda karakteristik utama dari infeksi malaria adalah demam, anemia, dan pembengkakan limpa (spenomegali). Waktu terjadinya infeksi sampai mulai terjadinya gejala klinis disebut masa inkubasi. Demam merupakan gejala yang diperlihatkan oleh penderita Malaria. Gejala demam dari malaria sangat spesifik. Sebelum timbul demam, gejala awal yang tampak berupa mual sampai muntah, lesu dan rasa nyeri kepala, serta terjadinya penurunan selera makan. Deman yang terjadi pada manusia berlangsung pada tiga tahap yaitu :
1)   Tahap pertama
Pada tahap ini penderita mengalami demam  mengigil. Penderita meras dingin dan bila diraba dipergelangan tangan, denyut nadi terasa cepat, tetapi lemah. Bibir dan jari tangan tampak kebiru-biruan diikuti dengan kulit yang terasa kering. Kadang-kadang diikuti muntah-muntah dan bahkan kejang-kejang. Pada anak-anak proses kejang ini lebih sering dialami. Demam tahapan pertama ini berlangsung selama 15 menit sampai dengan satu jam.
2)   Tahap kedua
Pada tahap ini, demam berlangsung selama 2–6 jam. Gejalanya adalah wajah tampak merah, kulit kering, dan panas terasa terbakar, nyeri kepala, serta mual dan muntah-muntah. Denyut nadi terasa keras dan selalu merasa haus. Suhu badan dapat mencapai 410C.
3)   Tahap ketiga
Tahap ketiga merupakan tahap demam berkeringat yang berlangsung selama 24 jam. Suhu badan kemudian menurun, dan penderita mulai dapat tidur. Penderita seolah-olah sudah sembuh.  Keadaan ini akan berulang setiap 2–3 hari.
Penderita dapat mengalami pembengkakan limpa, terutama pada penderita malaria yang sudah lama. Limpa tersebut dapat menjadi keras dan mudah pecah. Penderita Malaria kebanyakan berwajah pucat. hal tersebut sebagai akibat dari kekurangan jumlah sel darah merah dalam tubuh karena sebagian sel dirusaki oleh plasmodium.
e.    Cara Penularan Malaria
Proses penularan penyakit malaria yaitu dapat terjadi karena ada kontak tubuh manusia dengan gigitan nyamuk yang mengandung parasit. Selain itu, penyebaran penyakit malaria dapat juga terjadi melalui transfusi darah, yaitu apabila darah yang didonorkn telah tercemar oleh parasit malaria maka resipien darah tersebut telah tertular penyakit malaria.
f.     Pencegahan Malaria
Pada prinsipnya, pencegahan Malaria harus dilakukan terhadapa perorangan maupun kepada masyarakat yaitu :
1)   Mengobati penderita dan penduduk yang peka, yang berdiam di daerah endemic.
2)   Mengobati penderita Malaria.
3)   Pengobatan pencegahan pada orang yang akan masuk ke daerah endemis malaria.
4)   Memberantas nyamuk anopheles yang menjadi vektor penularnya dengan menggunakan insektisida yang sesuai, dan memusnahkan sarang-sarang nyamu Anopheles.
5)   Menghindari diri dari gigitan nyamuk dengan menggunakan kelambu jika tidur, atau menggunakan repellen yang diusapkan malam hari pada kulit badan jika berada diluar rumah pada malam hari.
g.    Pemberantasan Penyakit Malaria
Berbagai tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi insidens Malaria adalah:
1)   Menghindari atau mengurangi kontak/gigitan nyamuk Anopheles
2)   Membunuh nyamuk dewasa
3)   Membunuh jentik (kegiatan antilarva)
4)   Mengurangi tempat perindukan vektor
5)   Mengobati penderita








B.  Kerangka Teori
Kerangka teori adalah konsep-konsep yang berhubungan satu sama lainnya yang mengandung suatu pandangan sistematis dari suatu fenomena (Wicaksono 2009).
Agent ( parasit malaria
a.    Protozoa
b.    Genus plasmodium
Host ( penjamu ) :
a.    Usia/umur
b.    Jenis kelamin
c.    Sosial ekonomi
d.   Status perkawinan
e.    Suku/ras
f.     Keturunan
g.    Status gizi
h.    Tingkat imunitas
i.      Riwayat sebelumnya
Environment ( lingkungan )
a.    Lingkungan fisik dalam rumah
b.    Lingkungan fisik luar rumah
Kejadian malaria
 













                           Gambar 2.1





C.  Kerangka Konsep
Karangka konsep adalah hubungan antara konsep dan variabel yang di gunakan berdasarkan hasil-hasil studi empiris terdahulu sebagai pedoman dalam melakukan penelitian kerangka konsep merupakan kesatuan yang utuh, menuju kepada satu tujuan yang tunggal, yakni memberikan jawaban pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam perumusan masalah.
                                                                            
Suhu
kelembaba
ventilasi
Kejadian malaria
 





Kawat kasa
               

Langit-langit rumah
Keberadaan hewan ternak
Lingkungan sekitar rumah
 








                               = Variabel Bebas
                               = Variabel terikat



D.  Definisi Operasional
A      Definisi Operasional
Definisi operasional adalah penarikan batasan yang lebih menjelaskan cirri-ciri spesifik yang lebih substantive dari suatu konsep.
Variabel



Suhu







Kelembaban rumah penderita malaria
Definisi


Tingkat panas suhu udara dalam penelitian ini adalah suhu dalam rumah penderita malaria




Ukuran jumlah uap air di udara ruangan kamar penderita malaria
Alat dan Cara Ukur
Kuesoner checklis observasi




Kuesoner checklis observasi

Hasil Ukur


1. Memenuhi syarat jika suhu pada ruangan > 18 0C-30 0C
2. Tidak memenuhi syarat jika suhu pada < 18 0C & 30 0C

1. Memenuhi syarat jika kelembaban didalam ruangan 40-70 %.
2. Tidak memenuhi syarat jika < 40 %  atau > 70 %
Skala Data

Nominal






Nominal
Ventilasi rumah penderita malaria
Adanya kawat pelindung ventilasi rumah yang diteliti

Kuesoner checklis observes



Kuesoner checklis observasi




Kuesoner checklis observasi

Memenuhi syarat jika ventilasi > 10% dari luas lantai.
Tidak memenuhi syarat jika ventilasi < 10% dari luas lantai
Nominal
Kawat kasa
 Adanya kawat pelindung ventilasi rumah yang diteliti
Memenuhi syarat jika terpasang kawat kasa pada ventilasi.
Tidak memenuhi syarat jika tidak terpasang kawat kasa kasa pada ventilasi
Nominal
Langit-langit
Bidang pembatas atap rumah dan ruangan dibawahnya penderita malaria
Bersayarat jika terdapat langit-langit rumah.
Tidak bersyarat jika tidak terdapat langit-langit rumah.
Nominal
Lingkungan sekitar rumah
Keaadaan lingkungan di halaman rumah penderita malaria yang meliputi : jenis genangan air, semak-semak yang rimbun,
Kuesoner checklis observasi

Memenuhi syarat jika > 3 Nominal komponin yang diperiksa tidak ada masalah.
Tidak memenuhi syarat jika ≤ 3 komponen yang diperiksa ada masalh
Nominal
Keberadaan hewan ternak
Hewan yang dengan sengaja dipelihara sebagai sumber pangan.
Kuesoner checklis observasi

Memenuhi syarat jika keberadaan kandang hewan ternak > 5 meter dari rumah.
Tidak memenuhi syarat jika keberadaan kandang hewan  < 5 meter dari rumah.
Nominal
BAB III
METODE PENELITIAN
A.  Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah observasi dengan pendekatan Cross Sectional yaitu suatu penelitian yang mendasarkan pada pengamatan fakta dengan observasi sekaligus pada waktu yang sama.
B.  Tempat dan Waktu
1.    Tempat
Tempat atau lokasi penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Timika Jaya RW1/RT1 Kelurahan Timika Jaya.
2.    Waktu
Waktu pelaksanaan penelitian ini dilaksakan pada bulan Mei Tahun 2014
C.  Obyek Penelitian
1.    Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh rumah yang ada diwilayah kerja Puskesmas Timika Jaya RW1/RT1 Kelurahan Timika Jaya tahun 2014  berjumlah 83 rumah.
2.    Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang diteliti dan mempunyai kriteria inklusi dan kriteria eksklusi (hidayat : 2002).
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Total Sampling atau keseluruhan dari populasi yaitu 83 rumah.
D.  Cara pengumpulan data
Cara penggumpulan data adalah alat yang dipakai untuk menjalankan penelitian atau peralatan yang digunakann untuk mengukur atau mendapatkan data dari variabel yang akan diteliti.(sulistyaningsih : 2011)
Cara penggumpulan data penelitian ini menggunakan checklis berupa lembar pertanyaan yang akan diisi oleh responden. Adapun jawaban dari lembar pertanyaan meliputi iya dan tidak. Dalam penelitian checklis menggunakan skala Guttman, yaitu skala yang bersifat tegas dan konsisten (hidayat, 2007).
Kemudia pernyataan positif (favorable) adalah pertanyaan yang jawabannya  iya. Apabila responden menjawab ya skor 1, sebaliknya jika responden menjawab salah skor 0. Selanjutnya responden mengisi kuesioner dengan cara ceklis jawaban yang responden anggap benar, dan di isi sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki responden yaitu gambaran fisik rumah penderita malaria.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini terbagi atas dua jenis :
1.    Data primer yaitu data yang diperoleh dari responden melalui penyebara kuesioner kepada setiap rumah yang yang di kunjungi.
2.    Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari wilayah kerja Puskesmas Timika Jaya dan melalui aparat desa tentang laporan jumlah penduduk kampung timika jaya RW1/RT1 Kelurahan Timika Jaya.

E.  Pengolahan data
Sebelum analisa data diolah terlebih dahulu. Kegiatan dalam mengolah data menurut Narkubo dan achmadi (2002) meliputi :
1.    Editing
 Yaitu memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh para pengumpul data. Tujuannya adalah mengurangi kesalahan atau kekurangan yang ada didaftar pertanyaan.
2.    Coding
Coding adalah mengklasifikasikan jawaban dari para responden ke dalam kategori
3.    Scoring
Scoring adalah penilaian terhadap item-item yang diberi penilaian atau skor
4.    Tabulating
Tabulating adalah pekerjaan membuat table. Jawaban-jawaban yang telah diberi kode kemudian dimasukkan ke dalam table. Langkah terakhir dari penelitian ini adalah melakukan analisa data. Selanjutnya data dimasukkan ke komputer dan dianalisis secara statistic. (saryono : 2011)
F.   Analisa data
Analisis data merupakan penguraian Analisih deskriptif suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelahan bagian itu sendiri, serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.(Dwi prastowo darminto dan rifka julianti)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian
1.    Gambaran umum lokasi
Dari hasil pengumpulan data sekunder dan data primer diperoleh informasi dari kelurahan timika jaya dan rumah penderita distrik mimika baru
a.    Geografi
Luas wilayah kelurahan timika jaya adalah…. Km2. Dengan batas-batas wilayah :
Sebelah utara     :
Sebelah selatan  :
Sebelah timur     :
Sebelah barat     :
b.    Demografi
Juumlah penduduk di kelurahan Timika Jaya Kabupaten Mimika pada tahun 2013 adalah 6239 jiwa, yang terdiri dari laki-laki sebanyak ……jiwa dan perempuan sebanyak…..jiwa dan terbagi dalam jumlah RW dan RT yaitu …RW dan ….RT di kelurahan timika jaya distrik mimika baru.



1.    Karakteristik penderita malaria
a.    Umur
Tabel 3
Distibusi penderita malaria menurut umur
Di puskesmas timika jaya kabupaten mimika

Tahun 2013

No comments:

Post a Comment