Tuesday, May 13, 2014

ISPA

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
  Penyakit paru-paru obstruktif kronis (chronic obstructive pulmonary diseases-COPD) merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya. Ketiga penyakit yang membentuk satu kesatuan yang dikenal dengan COPD adalah : Bronkhitis Kronis, Emfisema Paru-Paru, dan Asma Bronkhial. Sering juga penyakit ini disebut dengan ‘chronic airflow limitation (CAL)’ dan chronic obstructive lung diseases (COLD)
Data badan kesehatan dunia ( WHO ) menunjukkan bahwa pada tahun 1990 PPOK menempati urutan ke 6 sebagai penyebab utama kematian di dunia sedangkan pada tahun 2002 telah menempati urutan ke 3 setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker (WHO,2002). Di America Serikat di butuhkan dana sekitar 32 juta  US$ dalam setahun dalam menanggulangi penyakit ini, dengan jumlah pasien sebanyak 16 juta orang dan lebih dari 100 ribu orang meninggal
Penyakit paru obsrtuktif kronik (PPOK) merupakan salah satu dari kelompok penyakit tidak menular yang telah menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesia, hal ini disebabkan oleh meningkatnya usia harapan hidup dan semakin tingginya pajanan faktor resiko seperti faktor pejamu yang di duga berhubungan dengan kejadian PPOK semakin banyaknya jumlah perokok kususnya pada kelompok usia muda, serta pencemaran udara di dalam ruangan maupun di luar ruangan dan di tempat kerja.
Jumlah penderita COPD di Rumah Sakit Mitra Masyarakat Timika periode 1 januari 2013 sampai 31 Desember 2013 Pada laki-laki berjumlah 227 orang,wanita 81 orang, jumlah keseluruhan 308 orang. Pada Bangsal Theresia menurut golongan  umur 15-24 tahun berjumlah 2 orang, umur 25 sampai 44 tahun berjumlah 82 orang, 45 sampai 64 tahun berjumlah 126 orang, lebih dari 65 tahun berjumlah 25 orang. Total jumlah  laki-laki 171 orang, wanita 61 orang jumlah keseluruhan 232 orang .

B.     Tujuan
1.      Tujuan umum
Mahasiswa/mahasiswi mampu mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan COPD.
2.      Tujuan khusus
a.       Memahami dan mengetahui konsep dasar penyakit COPD
b.      Memahami dan mengetahui proses pengkajian pada pasien COPD
c.       Memahami dan mengetahui rencanaan keperawatan pada pasien COPD
d.      Memahami dan mengetahui penatalaksanaan dalam Asuhan Keperawatan pada pasien COPD.

C.     Metode penulisan
Penyusunan makalah studi kasus ini menggunakan metode deskriptif yaitu suatu metode yang menggambarkan kelompok dalam mengamati dan merawat kasus yang dipilih dalam bentuk laporan penerapan asuhan keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan yang secara komperehensif meliputi aspek bio-psiko-sosial-spiritual.
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a.       Wawancara
Mengumpulkan data melalui komunikasi secara lisan, langsung dengan klien (auto anamnesa) dan komunikasi dengan keluarga klien (allo anamnesa).
b.      Pemeriksaan fisik
1)      Inspeksi, dilakukan untuk mengetahui keadaan fisik dengan cara melihat.
2)      Palpasi, dilakukan untuk mengetahui kelainan yang ada dengan cara meraba atau menekan.
3)      Perkusi, dilakukan untuk mengetahui apa yang ada dibawah jaringan dengan cara mengetuk.
4)      Auskultasi, salah satu tehnik untuk mendapatkan data dengan cara menggunakan stetoskop.
c.       Studi literatur
Menggunakan buku-buku sumber guna mendapatkan keterangan dan dasar teoritis yang berkaitan dengan kasus dan masalah yang timbul.
d.      Studi dokumentasi
Mempelajari catatan khusus kesehatan klien guna melengkapi dokumentasi dan mengetahui asuhan keperawatan yang akan dilaksanakan pada klien.

D.    Sistematika penulisan
Dalam penyusunan laporan studi kasus ini,kami membagi 4 BAB, yaitu :
BAB I : Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika menulisan.
BAB II :Tinjauan teoritis terdiri dari Konsep dasar medis dan Konsep asuhan keperawatan
BAB III : Tinjauan kasus berisi tentang dokumentasi asuhan keperawatan.
BAB IV : Penutupan berisi tentang kesimpulan dan saran pelaksanaan askep.
Daftar pustaka.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A.    KONSEP DASAR MEDIS

1.      Definisi
COPD adalah suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai dengan obstruksi aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya (Price & Wilson, 2005)
PPOK adalah semua penyakit pernapasan di karakteristikan oleh obstruksi kronis pada aliran udara dengan klasifikasi luas PPOK. Dalam kategori luas ini penyebab utama obstruksi bermacam-macam, misalnya inflamasi jalan napas, perlengketan mukosa, penyempitan lumen jalan napas, atau kerusakan jalan napas. (Doengoes, 2002 : hal 152)
Eksaserbasi akut pada PPOK berarti timbulnya perburukan dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Definisi eksaserbasi akut pada PPOK adalah kejadian akut dalam perjalanan alami penyakit dengan karakteristik adanya perubahan basal sesak napas, batuk, dan/atau sputum yang diluar batas normal dalam variasi hari ke hari (GOLD,  2009).
Penyakit paru-paru obstruktif kronis (chronic obstructive pulmonary diseases-COPD) merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya. Ketiga penyakit yang membentuk satu kesatuan yang dikenal dengan COPD adalah : Bronkhitis Kronis, Emfisema Paru-Paru, dan Asma Bronkhial.

2.      Anatomi fisiologi
a.       Anatomi saluran pernapasan
1)      Rongga hidung
Merupakan saluran udara yang pertama, mampunyai dua lubang (kavum nasi), dan dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi). Didalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu dan kotoran yang masuk kedalam lubang hidung, fungsi hidung adalah bekerja sebagai saluran udara pernapasan sebagai penyaring udara pernapasan yang dilakukan oleh bulu-bulu hidung dapat menghangatkan udara pernapasan oleh mukosa, membunuh kuman-kuman yang masuk bersama-sama udara pernapasan leukosit yang terdapat di dalam mukosa hidung.

2)      Faring.
Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan makanan, terdapat dibawah dasar tengkorak, dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher, keatas berhubungan dengan rongga hidung disebut nasofaring, kedepan berhubungan denga rongga mulut disebut orofaring, kebawah mempunyai dua lubang bagian depan disebut laringofaring, bagian belakang adalah esofagus sebagai saluran pencernaan. Pada lengkungan faring terdapat dua buah tonsil atau amandel yang bersimpulkan  kelenjar limfe yang banyak mengandung lymfosit dan juga epiglotis yang berfungsi menutupi laring pada saat menela      n makanan.
3)      Laring.
Merupakan struktur epitel kartilago berbentuk rangkaian cincin yang meghubungkan faring dengan trakea. Fungsi laring adalah memungkinkan terjadinya vokalisasi. Laring juga melindungi jalan pernapasan bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batuk.
4)      Trakea.
Trakea disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk sepatu kuda dan panjangnya kurang lebih 5 inch. Trakea diliputi oleh selaput lendir yang memiliki silia, berfungsi untuk mengeluarkan benda asing yang masuk bersama-sama dengan udara pernapasan. Karina merupakan tempat percabangan trakea menjadi bronkus utama kiri dan kanan. Bagian ini memiliki banyak saraf dan dapat menyebabkan bronkospasme dan batuk yang kuat jika di rangsang.
5)      Bronkus.
Merupakan lanjutan dari trakea ada dua buah yang terdapat pada ketinggian vertebral torakalis ke IV dan V. mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel sama. Bronkus-bronkus ini berjalan kebawah dan kesamping tumpukan paru-paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar dari pada bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai tiga cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih kecail atau ramping, terditi dari 9-12 cincin mempunyai 2 cabang, bronkus yang bercabang-cabang yang lebih kecil disebut bronkeolus (bronkioli). Pada bronkioli terdapat gelambung paru dan gelembunag  hawa atau alveoli.
6)      Paru-paru.
Paru-paru merupakan salah satu alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung-gelembung (alveoli). Alveoli terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika dibentang luas permukaan kurang lebih 90 m2, pada lapisan inilah terjadi pertukaran udara, O2 masuk kedalam darah dan CO2 dikeluarkan dari dalam darah. Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih  700.000.000 buah (paru-paru kiri dan kanan).
Paru-paru ini dibagi menjadi dua yaitu paru-paru kanan yang terdiri dari 3 lobus dan paru-paru kiri  mempunyai 2 lobus. Letak paru-paru adalah pada rongga dada tepatnya pada cavum mediastinum. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput halus yang disebut fleura visceral, sedangkan selaput yang berhubungan langsung denga rongga dada sebelah dalam adalah  selaput fleur parietal. Diantara pleura ini terdapat sedikit cairan, berungsi untuk melucinkan permukaan selaput fleura agar dapat bergerak akibat inspirsi dan ekspirasi, paru-paru akan terlindungi dinding dada.
Kapasitas paru-paru dapat dibedakan menjadi dua kapasitas yaitu kapasitas  total yang mengandung arti jumlah udara dapat mengisi paru-paru pada inspirasi sedalam-dalamnya. Sedangkan kapasitas vital adalah jumalah udara dapat dikeluarkan  setelah ekspirasi maksimal. Dalam keadaan noumal kedua paru-paru dapat menampung udara sebanyak kurang lebih5 liter. Waktu ekspirasi di dalam paru-paru dapat masih tertinnggal kurang lebih  3 liter udara. Pada waktu kita bernapas biasa udarayang masuk kedalam paru-paru 2. 600 CM3 atau 2 ½  M jumlah pernapasan. Dalam keadaan normal orang dewasa 16-18 x/ menit, anak-anak  : 24 x/menit, dan bayi : 30 x/menit. Dalam keadaan tertentu keadaan tersebut akan berubah, misalnya akibat dari suatu penyakit, pernapasan bisa bertambah cepat atau sebaliknya. ( Sumber : Syaifuddin, 1996. hal 106 ).

b.      Fisiologi Pernapasan
Bernapas atau respirasi adalah peristiwa menghirup udara luar atau atmosfer kedalam tubuh atau menghembuskan udara yang banyak mengandung karbondioksida sebagani sisa dari oksidasi, udara dihirup masuk melintasi traktus respiratorius sampai alveoli. Sebagai terjadinya proses atmosfir karbondioksida  dikeluarkan melalui kapiler-kapiler alveoli dibawa ke atrium sinistra vena purmonalis Yang kemudian diteruskan di vertikel sinestrayang di pompa di aorta, kemudian dialirkan keseluruh tubuh, didalam tubuh terjadi proses oksidasi atau pembakaran, ampas dari  sisa pembakaran tubuh adalah karbondioksida. Karbondioksida dikangkat oleh sirkulasidarah vena masuk ke atrium dekstra ke vertikel dekstra dan di pompa ke paru-paru melintasi arteri pulmonalis. Didalam sel paru-paru terjadi lagi proses oksidasi, karbon dioksida dikeluarkan melalui ekspirasi sedangkan sisa lainnya dikeluarkan melalui traktus urogenital dalam bentuk air senidan kulit dalam bentuk keringat.


3.      Klasifikasi
Menurut Alsagaff & Mukty (2006), COPD dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a.       Asthma Bronkhial; dikarakteristikan oleh konstruksi yang dapat pulih dari otot halus bronkhial, hipersekresi mukoid, dan inflamasi, cuaca dingin, latihan, obat, kimia dan infeksi.
b.      Bronkitis kronis; ditandai dengan batuk-batuk hampir setiap hari disertai pengeluaran dahak sekurang-kurangnya 3 bulan berturut-turut dalam satu tahun, dan paling sedikit selama 2 tahun. Gejala ini perlu dibedakan dari tuberkulosis paru, bronkiektasis, tumor paru, dan asma bronkial.
c.       Emfisema; suatu perubahan anatomis paru-paru yang ditandai dengan melebarnya secara abnormal saluran udara sebelah distal bronkus terminal, disertai kerusakan dinding alveolus.

4.      Etiologi
Ada tiga factor yang mempengaruhi timbulnya COPD yaitu rokok, infeksi dan polusi, selain itu pula berhubungan dengan factor keturunan, alergi, umur serta predisposisi genetic, tetapi belum diketahui dengan jelad apakah factor-faktor tersebut berperann atau tidak.
a.       Rokok
Menurut buku report of the WHO expert comitte on smoking control, rokok adalah penyebab utama timbulnya COPD. Secara pisiologis rokok berhubungan langsung dengan hiperflasia kelenjar muksa bronkus dan metaplasia skuamulus epitel saluran pernapasan. Juga dapat menyebabkan bronkokonstriksi akut. Menurut Crofton & Doouglas merokok menimbulkan pula inhibisi aktivitas sel rambut getar, makrofage alveolar dan surfaktan.
b.      Infeksi
Infeksi saluran pernapasan bagian atas pada seorang penderita bronchitis koronis hampir selalu menyebabkan infeksi paru bagian bawah, serta menyebabkan kerusakan paru bertambah. Ekserbasi bronchitis kronis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus, yang kemudaian menyebabkan infeksi sekunder oleh bakteri.
c.       Polusi
Polusi zat-zat kimia yang dapat juga  menyebabkan brokhitis adalah zat pereduksi seperti O2, zat-zat pengoksidasi seperti N2O, hydrocarbon, aldehid dan ozon.

5.      Pathofisiologi
Walaupun COPD terdiri dari berbagai penyakit tetapi seringkali memberikan kelainan fisiologis yang sama. Akibat infeksi dan iritasi yang menahun pada lumen bronkus, sebagian bronkus tertutup oleh secret yang berlebihan, hal ini menimbulkan dinding bronkus menebal, akibatnya otot-otot polos pada bronkus dan bronkielus berkontraksi, sehingga menyebabkan hipertrofi dari kelenjar-kelenjar mucus dan akhirnya terjadi edema dan inflamasi. Penyempitan saluran pernapasan terutama disebabkan elastisitas paru-paru yang berkurang. Bila sudah timbul gejala sesak, biasanya sudah dapat dibuktikan adanya tanda-tanda obstruksi. Gangguan ventilasi yang berhubungan dengan obstruksi jalan napas mengakibatkan hiperventilasi (napas lambat dan dangkal) sehingga terjadai retensi CO2 (CO2 tertahan) dan menyebabkan hiperkapnia (CO2 di dalam darah/cairan tubuh lainnya meningkat).
Pada orang normal sewaktu terjadi ekspirasi maksimal, tekanan yang menarik jaringan paru akan berkurang, sehingga saluran-saluran pernapasan bagian bawah paru akan tertutup. Pada penderita COPD saluran saluran pernapasan tersebut akan lebih cepat dan lebih banyak yang tertutup. Akibat cepatnya saluran pernapasan menutup serta dinding alveoli yang rusak, akan menyebabkan ventilasi dan perfusi yang tidak seimbang. Tergantung dari kerusakannya dapat terjadi alveoli dengan ventilasi kurang/tidak ada, tetapi perfusi baik, sehingga penyebaran pernapasan udara maupun aliran darah ke alveoli, antara alveoli dan perfusi di alveoli (V/Q rasio yang tidak sama). Timbul hipoksia dan sesak napas, lebih jauh lagi hipoksia alveoli menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah paru dan polisitemia.

6.      Manifestasi klinis
Berdasarkan Brunner & Suddarth (2005) adalah sebagai berikut :
a.       Batuk produktif, kronis pada bulan-bulan musim dingin.
b.      Batuk kronik dan pembentukan sputum purulen dalam jumlah yang sangat banyak.
c.       Dispnea.
d.      Nafas pendek dan cepat (Takipnea).
e.       Anoreksia.
f.       Penurunan berat badan dan kelemahan.
g.      Takikardia, berkeringat.
h.      Hipoksia, sesak dalam dada.

7.      Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi dengan berlanjutnya penyakit, yaitu :
a.       Kegagalan respirasi yang ditandai dengan sesak napas dengan manifestasi asidosis respirasi.
b.      Asidosis respiratorik
c.       Infeksi saluran pernapasan
d.      Gagal jantung, terutama cor pulmonal (gagal jantung kanan akibat penyakit paru)
e.       Disritmia jantung

8.      Pemeriksaan penunjang
a.       Tes Fungsi Paru
PPOK ditegakkan dengan spirometri, yang menunjukkan volume ekspirasi paksa dalam 1 detik < 80% nilai yang diperkirakan, dan rasio FEV1 : kapasitas vital paksa < 70 %. Laju aliran ekspirasi puncak menurun. Obstruksi saluran napas hanya reversible sebagian bila diterapi dengan bronkodilator (atau obat lain).
b.      Rontgen Thoraks
Abnormalitas berhubungan dengan adanya emfisema dan disebabkan oleh :
1)      Overinflasi disertai diafragma yang rendah, datar, sulit bergerak, dan jendela retrosternal yang besar pada rontgen thoraks lateral
2)      Perubahan vascular disertai hilangnya corakan vascular perifer namun pembuluh hilum yang membesar-jantung menyempit sampai terjadi kor pulmonal
3)      Bula jika ada
4)      Bula adalah rongga udara > 1 cm
c.       Pemeriksaan analisis gas darah
Pada stadium lanjut PO2 turun dan PCO2 naik, khususnya pada keadaan eksaserbasi
Pada pemeriksaan gas darah arteri PH < 7,35;Paco2> 45 mmHg, sedangkan yang normal PH 7,35-7,45 dan PaCO2 35-45 mmHg, serta pO2 75-100 mmHg
d.      EKG
Mencatat ada tidaknyaserta perkembangan kor pulmonal ( hipertrofi atrium dan ventrikel kanan)
e.       Sputum untuk kultur bakteri dan sensitivitas
Berguna dalam episode infeksi akut di mana mungkin terjadi infeksi selain oleh Haemophilus influenzae atau Sterptococcus pneumoniae
f.       Pemeriksaan hemoglobin
Menunjukkan polistemia sekunder

9.      Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan PPOK eksaserbasi akut adalah mengatasi segeraeksaserbasi yang terjadi dan mencegah terjadinya kematian. Risiko kematian darieksaserbasi sangat berhubungan dengan terjadinya asidosis respiratorik, adanyakomorbid, dan kebutuhan akan alat ventilasi (GOLD, 2009). Penanganan eksaserbasiakut dapat dilaksanakan di rumah (untuk eksaserbasi yang ringan) atau di rumah sakit (untuk eksaserbasi sedang dan berat). Penatalaksanaan eksaserbasi akut di rumah sakit dapat dilakukan secara rawat jalan atau rawat inap dan dilakukan di poliklinik rawat jalan, ruang rawat inap, unit gawat darurat, atau ruang ICU (PDPI, 2003).
a.       Bronkodilator
b.      Kortikosteroid
c.       Antibiotik
d.      Terapi Oksigen
e.       Ventilasi Mekanik

B.     KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1.      Pengkajian keperawatan
Pengkajian adalah langkah awal yang sangat menentukan keberhasilan dari proses keperawatan tersebut. Pengkajian harus dilakukan secara teliti sehingga didapatkan informasi yang tepat. Adapun hal yang perlu dikaji dalam  kasus ini antara lain ;
a.       Identitas klien
Nama, tempat tanggal lahir, umur, jenis kelamin, agama/suku, warga Negara, bahasa yang digunakan, penanggung jawap meliputi : nama, alamat, hubungan dengan klien.
b.      Pola persepsi kesehatan-pemeliharaan kesehatan.
Kaji status  riwayat kesehatan yang pernah dialami klien, apa upaya dan dimana klien  mendapat pertolongan kesehatan, lalu apa saja yang membuat status kesehatan klien menurun.
c.       Pola nutris metabolik.
Tanyakan kepada klien tentang jenis, frekuensi,  dan jumlah klien makan dan minum klien dalam sehari. Kaji selera makan berlebihan atau berkurang, kaji adanya mual muntah ataupun adanyaterapi  intravena, penggunaan selang enteric, timbang juga berat badan, ukur tinggi badan, lingkaran lengan atas serta hitung berat badan ideal klien untuk memperoleh gambaran status nutrisi.
d.      Pola eliminasi.
1)      Kaji terhadap rekuensi, karakteristik, kesulitan/masalah  dan jugapemakaian alat bantu seperti folly kateter, ukur juga intake dan output setiap sift.
2)      Eliminasi proses, kaji terhadap frekuensi, karakteristik, kesulitan/masalah defekasi dan juga pemakaian alat bantu/intervensi.
e.       Pola aktivitas dan latihan
Kaji kemampuan beraktivitas baik sebelum sakit atau keadaan sekarang dan juga penggunaan alat bantu seperti tongkat, kursi roda dan lain-lain. Tanyakan kepada klien tentang penggunaan waktu senggang. Adakah keluhanpada pernapasan, jantung seperti berdebar, nyeri dada, badan lemah.


f.       Pola tidur dan istirahat
Tanyakan kepada klien kebiasan tidur sehari-hari, jumlah jam tidur, tidur siang. Apakah klien memerlukan penghantar tidur seperti mambaca, minum susu, menulis, memdengarkan musik, menonton televisi. Bagaimana suasana tidur klien apaka terang atau gelap. Sering bangun saat tidur dikarenakan oleh nyeri, gatal, berkemih, sesak dan lain-lain.
g.      Pola persepsi kognitif
Tanyakan kepada klien apakah menggunakan alat bantu pengelihatan, pendengaran. Adakah klien kesulitan mengingat sesuatu, bagaimana klien mengatasi tak nyaman : nyeri. Adakah gangguan persepsi sensori seperti pengelihatan kabur, pendengaran terganggu. Kaji tingkat orientasi terhadap tempat waktu dan orang.
h.      Pola persepsi dan konsep diri
Kaji tingkah laku mengenai dirinya, apakah klien pernah mengalami putus asa/frustasi/stress dan bagaimana menurut klien mengenai dirinya.
i.        Pola peran hubungan dengan sesama
Apakah peran klien dimasyarakat dan keluarga, bagaimana hubungan klien di masyarakat, keluarga dan teman sekerja. Kaji apakah ada gangguan komunikasi verbal dan gangguan dalam interaksi dengan anggota keluarga dan orang lain.
j.        Pola produksi seksual
Tanyakan kepada klien tentang penggunaan kontrasepsi dan permasalahan yang timbul. Berapa jumlah anak klien dan status pernikahan klien.
k.      Pola mekanisme koping dan  toleransi terhadap stress.
Kaji faktor yang membuat klien marah dan tidak dapat mengontrol diri, tempat klien bertukar pendapat dan mekanisme koping yang digunakan selama ini. Kaji keadaan klien saat ini terhadap penyesuaian diri, ugkapan, penyangkalan/penolakan terhadap diri sendiri.
l.        Pola sistem kepercayaan
Kaji apakah klien sering beribadah, klien menganut agama apa. Kaji apakah ada nilai-nilai tentang agama yang klien anut bertentangan dengan kesehatan.

2.      Diagnosa keperawatan
a.       Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d mukus dalam jumlah berlebihan
b.      Ketidakefektifan pola napas b/d keletihan otot pernapasan
c.       Gangguan pertukaran gas b/d perubahan membran alveolar-kapiler
d.      Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia
e.       Gangguan pola tidur b/d kurang kontrol tidur
f.       Defisit perawatan diri mandi b/d penurunan motivasi
g.      Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

3.      Rencana keperawatan
a.       Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d mukus dalam jumlah berlebihan
Tujuan: setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan masalah teratasi dengan,
Kriteria hasil :
1)      Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi napas bersih/jelas
2)      Menunjujan perilaku/upaya mempertahankan bersihan jalan nafas misalnya batuk efektif dan mengeluarkan sekret.
Intervensi :
1)      Kaji bersihan jalan nafas
Rasional: Adanya penumpukan mukus pada  jalan pernapasan  (tenggorokan dan bronkiolus ) menyebabkan terganngunya proses pernafasan pada jalan  napas.
2)      Auskultasi bunyi nafas. Catat adanya bunyi nafas, mis: mengi, krekels, ronki.
Rasional: Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksijalan nafas dan dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas.
3)      Ajarkan dan berikan dorongan penggunaan teknik pernapasan diagframatik dan batuk.
Rasional:Teknik ini akan membantu memperbaiki ventilasi klien dan untuk    menghasilkan sekresi tanpa menyebabkan sesak napas dan keletihan.
4)      Bantu dalam pemberian tindakan nebuliser, inheler dosis terukur.
Rasional: Tindakan ini menimbulkan air ke dalam percabangan bronkial dan pada sputum, menurunkan kekentalannya, sehingga mudah evakuasi sekresi.
5)      Lakukan drainase postural dengan perkusi dan vibrasi pada pagi dan malam hari sesuai yang diharuskan.
Rasional: Menggunakan gaya gravitasi untuk membantu membangkaitkan seksresi dapat lebih mudah dibatukkan atau di uap.
6)      Instruksikan pasien untuk menghindari iritan seperti asap rokok, aerosol, suhu yang ekstrim dari asap dan minum air hangat.
Rasional: Iritan bronkial menyebabkan bronkokonstriksi dan meningkatkan pembentukkan lendir yang kemudian mengganggu klirens jalan napas dan minum air hangat membantu mengencerkan sekret.
7)      Kolaborasi:Berikan obat sesuai indikasi (bronkodilator,albuterol dll)
Rasional:Merilekskan otot halus dan menurunkan kongesti lokal, menurunkan spasme jalan napas.

b.      Ketidakefektifan pola nafas b/d keletihan otot pernafasan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah tertasi dengan, kriteria hasil :
1)      Menunjukkan pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam rentang normal
2)      Tidak menggunkan otot bantu pernafasan
3)      Bunyi paru vasikuler
Intervensi:
1)      Kaji pola nafas
Rasional: Ada atau tidaknya gangguan ventilasi dan pernafasan.
2)      Observasi TTV
Rasional: Tacipnue napas cepat dan dangkal, bradipnue napas lambat dan dalam menunjukan adanya gangguan pada bersihan jalan napas
3)      Auskultasi suara napas, catat adanya suara napas tambahan
Rasional: Adanya suara napas tambahan (ronkhi, weezing) menunjukkan terjadinya infeksi.
4)      Berikan posisi yang nyaman
Rasional: Posisi yang nyaman  (semi fowler), agar mengefektifkan inspirasi dan ekspirasi
5)      Kolaborasi :  berikan oksigen tambahan
Rasional: memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja napas

c.       Gangguan pertukaran gas b/d perubahan membran alveolar-kapiler
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah teratasi dengan,
Kriteria hasil :
1)      Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat
2)      GDA dalam rentang normal.
3)      Bebas dari gejala distres pernapasan.
Intervensi:
1)      Kaji/awasi secara rutin kulit dan warna membran mukosa
Rasional: sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku) atau sentral (terlihat disekitar bibir atau daun telinga).
2)      Anjurkan untuk bedrest, batasi dan bantu aktivitas sesuai kebutuhan.
Rasional:mengurangi konsumsi oksigen pada periode respirasi.
3)      Dorong pengeluaran sputum; penghisap bila diindikasikan
Rasional: kental, tebal dan banyaknya sekresi adalah sumber utama gangguan pertukaran gas pada jalan napas kecil.
4)      Palpasi fremitus
Rasional: penurunan getaran vibrasi diduga ada pengumpulan cairan atau udara
5)      Kolaborasi
a)      Awasi/ gambarkan seri GDA dan nadi oksimetri
Rasional:menurunnya saturasi oksigen (PaO2) atau meningkatnyaPaC02 menunjukkan perlunya penanganan yang lebih adekuat atau perubahan terapi.
b)      Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi hasil GDA
Rasional:dapat memperbaiki/mencegah memburuknya hipoksia.

d.      Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah teratasi dengan, kriteria hasil :
1)      Menunjukkan peningkatan berat badan.
2)      Menunjukkan perilaku atau perubahan pola hidup untuk meningkatkan atau mempertahankn berat badan yang tepat.
Intervensi :
1)      Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini.
Rasional:pasien distres pernapasan akut sering anoreksia karena dispnea, produksi sputum dan obat.
2)      Auskultasi bunyi usus
Rasional: penurunan/hipoaktif bising usus berhubungan dengan pembatasan masukan cairan.
3)      Berikan perawatan oral, buang sekret, berikan wadah khusus dan tisu
Rasional: rasa tak enak, bau dan penampilan adalah pencegahan utama terhadap napsu makan dan dapat membuat mual dan muntah dengan peningkatan kesulitan napas.
4)      Berikan makanan porsi kecil tapi sering
Rasional: memberikan kesempatan untuk meningkatkan masukan kalori total
5)      Hindari makanan yang sangat panas atau dingin
Rasional: suhu ekstrem dapat mencetuskan/ meningkatakan spasme otot.
6)      Kolaborasi : konsul ahli gizi unruk memberikan makanan yang mudah dicerna
Rasional: metode makanan dankebutuhan kalori didasarkan pada kebutuhan individu untuk memberikan nutrisi dalam pengunaan energi.

e.       Gangguan pola tidur b/d kurang kontrol tidur
Tujuan: Masalah gangguan pola tidur dapat teratasi dengan,
Kriteria hasil:
1)      Jumlah jam tidur dalam batas normal
2)      Mampu mengidentifikasi hal-hal yang meningkatkan tidur
3)      Tidak gelisah
Intervensi:
1)      Kaji faktor penyebab gangguan pola tidur
Rasional: Untuk mengidentifikasi penyebab aktual dari gangguan tidur
2)      Anjurkan kepada pasien untuk tidak mengkonsumsi minuman yang mengandung kafein dan aktivitas lain (main Hp)
Rasional: Peranan utama dalam tubuh adalah untuk meningkatkan kerja                                   psikomotor sehingga tubuh tetap terjaga dan memberikan efek                                      fisiologis berupa peningkatan energi
3)      Ciptakan suasana nyaman, Kurangi atau hilangkan distraksi lingkungan dan gangguan tidur
Rasional : Untuk membantu relaksasi saat tidur
4)      Kolaborasi dengan keluarga dalam memotivasi pasien untuk beristirahat
Rasional: Keluarga merupakan support terbesar bagi pasien

f.       Defisit perawatan diri mandi b/d penurunan motivasi
Tujuan: Masalah defisit perawatan diri mandi dapat teratasi dengan, 
Kriteria hasil:
1)      Rambut bersih dan  tidak berketombe
2)      Pakaian bersih dan  rapi
3)      Badan bersih dan  segar
Intervensi :
1)      Kaji frekwensi mandi pasien
Rasional: Mengetahui tingkat kebersihan pasien dan membantu menetapkan intervensi selanjutnya
2)      Ajarkan pasien cara merawat diri yang benar (mandi dan mengosok gigi )
Rasional: Meningkatkan tingkat pengetahuan pasien tentang kebersihan diri
3)      Anjurkan pasien untuk mengganti baju setiap hari
Rasional: Meminimalisirkan resiko terkena penyakit
4)      Anjurkan pasien untuk sikat gigi setiap hari
Rasional: Menjaga kebersihan gigi dan mengurangi adanya bakteri pada mulut
4)      Memotivasi pasien untuk mandi
Rasional : Dorongan perawat penting untuk meningkatkan aktivitas kebersihan diri pasien

g.      Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
Tujuan:Masalah intoleransi aktifitas dapat teratasi dengan kriteria hasil:
1)      Menunjukkan toleransi aktivitas : dengan indikator 1-5 :gangguan ekstrem ,berat,sedang,,ringan, atau tidak mengalami gangguan
2)      Tidak adanya kecemasan yang dapat menyebabkan intoleransi aktivitas
3)      Pada tanggal target akan mencapai tingkat aktifitas
4)      Mengungkapkan secara verbal pemahan tentang kebutuhan oksigen ,obat,dan atau peralatan yang dapat meningkatkan toleransi terhadap aktifitas
Intervensi
1)      Kaji tingkat kemampuan pasien untuk berpindah dari tempat tidur,berdiri ,ambulasi,dan melakukan AKS dan Aksi
Rasional: Tingkat kemampuan pasien menentukan intervensi selanjutnya
2)      Observasi tanda-tanda vital
Rasional: tanda – tanda vital yang tidak stabil mempengaruhi tingkat  aktivitas
3)      Jelaskan perlunya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat
Rasional : tirah barih dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan metabolic , menghemat energy dalam pemyembuhan

4)      Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi
Rasional : menurunkan stress dan rangsangan berlebihan , meningkatkan istirahat
5)      Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat atau tidur
Rasional : pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi , tidur di kursi
6)      Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan
Rasional : meminimalkan  kekelahan dan membantu keseimbanng suplai dan kebutuhan O2












ASUHAN KEPERAWATAN
PADA TN. M DENGAN COPD EKSASERBASI AKUT
DI BANGSAL THERESIA RUMAH SAKIT MITRA MASYARAKAT

       I.            IDENTITAS DIRI KLIEN
Nama                                       : Tn. M           
No. Rekam Medis                   : 181664
Tempat/Tgl. Lahir                   : 28 Januari 1981
Umur                                       : 33 tahun
Jenis kelamin                           : L
Alamat                                                : Jln. Sp 1 Kamoro Jaya
Status perkawinan                   : Duda
Agama                                     : Kristen Protestan
Suku                                        : Dani
Pendidikan                              : Tamat SD
Pekerjaan                                 : Kuli Bangunan
Tgl masuk RS                          : 08 Januari 2014
Tgl pengkajian             : 08 Januari 2014
Keluarga penanggung             : Saudara
Pendidikan                              : Tamat SD
Pekerjaan                                 : Ibu Rumah Tangga
Alamat                                                : Jln. Sp 1 Kamoro Jaya
Dx medis                                 : COPD eksaserbasi akut

    II.            KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan sesak nafas dan batuk berlendir

 III.            RIWAYAT KELUHAN UTAMA
Pada tanggal 5 januari 2014 pasien mulai merasakan sesak napas dan batuk berlendir, kemudian pada tanggal 8 Januari 2014 pasien  mengatakan datang ke IGD Rumah Sakit Mitra Masyarakat karena merasa semakin sesak napas kemudian setelah dilakukan pemeriksaan, dianjurkan untuk dirawat inapkan di bangsal theresia pada tanggal yang sama.

 IV.            RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
A.    Penyakit yang pernah dialami
1.      Kanak-kanak   : Pasien mengatakan tidak ada
2.      Kecelakaan      : Pasien mengatakan tidak pernak mengalami kecelakaan
3.      Pernah dirawat: Pasien mengatakan pernah di RSMM pada tahun 2011, 2012,        2013 dengan Diagnosa COPD
4.      Operasi            : Pasien mengatakan tidak pernah dioperasi
B.     Alergi                    : Pasien mengatakan tidak ada
C.     Imunisasi               : Pasien mengatakan tidak pernah
D.    Kebiasaan              : Pasien mengatakan dulu sering merokok dan minum kopi tapi                                        pada tahun 2010 dikurangi karena di suruh oleh istrinya
E.     Obat-obatan          : Pasien mengatakan sejak dari tahun 2011 di beri obat dari dokter                                  untuk penyakitnya

    V.            RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Genogram
 










Keterangan :
                Perempuan Meninggal                                           pe   Perempuan hidup
 
                Laki laki meninggal                                                      Laki-laki hidup
                Serumah                                                                         Hubungan suami istri
                Pasien                                                                             Keturunan
               


 VI.            PENGKAJIAN POLA KESEHATAN
A.    Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
1.      Keadaan sebelum sakit
Pasien mengatakan Dia dalam keadaan sehat, karena dalam keseharian tidak ada keluhan yang di rasakan dan dapat beraktivitas dengan baik. Dalam pemeliharaan kesehatan pasien mengatakan mandi 3 kali dalam sehari, dan rajin sikat gigi, minum air putih 2 botol aqua besar, minum kopi dan merokok 1 bungkus 1 hari.
2.      Keadaan saat sakit
Pasien mengatakan saat sakit Dia harus membatasi aktivitasnya, mengurangi  merokok dan minum kopi Pasien mengatakan selama dirawat di Rumah Sakit dari tanggal 8 Januari 2014 belum pernah mandi, sikat gigi, kuku panjang dan kotor, rambut tidak dikeramas dan tidak mengganti baju, tidak merokok dan minum kopi.

B.     Pola Nutrisi
Sebelum Sakit
1.      Berat badan                             : 57  Kg
2.      Tinggi badan                           : Pasien mengatakan tidak tahu 
3.      Jenis makanan                         : Pasien biasa makan makanan padat
4.      Makananan kesukaan              : Petatas, papeda, dan nasi
5.      Makanan pantangan                : Pasien mengatakan tidak ada
6.      Nafsu makan                           : Pasien mengatakan nafsu makan baik
Perubahan Setelah Sakit
1.      Jenis diet                                 : Nasi
2.      Nafsu makan                           : Baik
3.      Porsi makan                             : 1 porsi dihabiskan
4.      Berat badan                             : 60 kg

C.     Pola Eliminasi
Sebelum Sakit
1.      Buang Air Besar
Frekuensi                                 :1-2x/ hari                   
Penggunaan pencahar             : Tidak ada
Waktu                                     : Pagi dan Malam
Konsistensi                              : Padat dan berwarna coklat
2.      Buang Air Kecil
Frekuensi                                 : 5-8 x/ hari
Warna                                      : Jernih kekuningan
Perubahan Setelah Sakit
1.      Buang Air Besar
Frekuensi                                 :1-2x/ hari
Penggunaan pencahar             : Tidak ada
Waktu                                     : Pagi dan malam
Konsistensi                              : Padat
2.      Buang Air Kecil
Frekuensi                                 : 4-6x/hari
Warna                                      : Jernih Kekuningan

A.    Pola Tidur dan Istirahat
Sebelum Sakit
1.      Waktu Tidur (jam)                  : Pasien mengatakan tidak menentu tidur jam berapa
2.      Lama tidur / hari                     :7-8 jam/hari
3.      Kebiasaan sebelum tidur         : Mendengarkan musik sebelum tidur
4.      Kesulitan dalam tidur             : Tidak ada kesulitan dalam tidur
Perubahan Setelah Sakit
1.      Waktu Tidur (jam)                  : Pasien mengatakan susah tidur
2.      Lama tidur / hari                     : 3-4 jam/hari
3.      Kebiasaan sebelum tidur         : Mendengarkan lagu sebelum tidur
4.      Kesulitan dalam tidur              : Pasien mengatakan susah untuk tidur, gelisah dan jika tertidur  kadang terbangun karena batuk. Pasien sering terjaga pada malam hari.
B.     Pola Aktifitas Dan Latihan
Sebelum Sakit
1.      Kegiatan sehari-hari                : Mengangkat alat berat seperti besi
2.      Olah raga                                 : Pasien mengatakan tidak pernah olah raga

Perubahan Setelah Sakit
1.     

 
Aktivitas harian
a.       Makan       : 0                                                        0 : mandiri
b.      Mandi        : 0                                                        1 : bantuan dengan alat
c.       Pakaian      : 0                                                        2 : bantuan orang
d.      Kerapihan  : 0                                                        3 : bantuan alat dan orang
e.       BAB          : 0                                                        4 : bantuan penuh
f.       BAK         : 0
g.      Mobilisasi ditempat tidur : 0
2.      Anggota gerak yang cacat      : Tidak ada
C.     Pola Pekerjaan
Sebelum Sakit
1.      Jenis pekerjaan            : Kuli bangunan                                  
2.      Jumlah jam kerja         : 7-9 jam/hari
3.      Jadwal kerja                : Setiap hari
Perubahan Setelah Sakit
Selama sakit pasien tidak melakukan pekerjaannya karena dirawat di RSMM

D.    Pola Persepsi Kognitif
Sebelum sakit                    : Pasien mengtatakan tidak tahu tentang tanda dan gejala                                                 penyakitnya.
Setelah sakit                      : Pasien mengatakan sudah tahu tentang penyakitnya.

E.     Pola Persepsi dan Konsep diri
Sebelum sakit                    : Pasien mengenal dirinya sendiri dan tidak mengambil                                                     keputusan sendiri
Setelah sakit                       : Pasien mengenal dirinya sendiri dan mendengar nasehat             dari orang lain

F.      Pola peran dan hubungan dengan sesama
Sebelum sakit                    :Pasien mengatakan sebagai ayah bertanggung jawab atas                                                 keluarganya.
Setelah sakit                      :Pasien untuk sementara tidak melakukan pekerjaanya, tapi   tetap bergaul dengan sekitar.

G.    Kebiasaan seksual
Sebelum sakit                    : Pasien mengatakan sudah berpisah dengan istrinya dari tahun 2011 dan tidak pernah melakukan hubungan suami istri dengan siapapun
Setelah sakit                      :Pasien mengatakan tidak pernah melakukan hubungan suami istri

H.    Pertahanan koping dan toleransi terhadap stress
Sebelum sakit                    :Pasien mengatakan mendengar nasehat dari orang lain dan jarang marah.
Setelah sakit                      :Pasien mengatakan mendegar nasehat dari dokter dan perawat tentang menjaga kesehatan dan jarang marah

I. Sistem nilai dan kepercayaan.
Sebelum sakit                    :Pasien mengatakan  rajin beribadah dan menganut agama Kristen Protestan
Setelah sakit                      : Pasien mengatakan rajin berdoa


VII.            PENGKAJIAN FISIK
A.    Kesadaran :
1.      Keadaan Umum       : Compos Mentis
2.      Tanda-tanda Vital    : TD:100/70 mmHg, N:70 x/menit, P :28 x/menit,  S :37 o                      C ,spo2 : 95%

B.     Kepala                            : Rambut terlihat kusam, ada ketombe, tidak  ada nyeri  tekan

C.     Mata                               : Konjungtiva merah muda, scelera putih, pupil 3/3 mm, tidak                                                    juling,  palpebra tidak oedem

D.    Hidung                           : Simetris tidak ada cuping hidung.

E.     Mulut                             : Bibir dan mulut lembab, lidah terlihat kotor, tonsil tidak ada                                                                            masalah, gigi terlihat kotor

F.      Leher                              : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan tiroid, posisi                         trakea normal, tidak ada kaku kuduk.

G.    Dada dan paru-paru :

Bentuk dada                  : Barrel chest
Gerakan dada                 : frekwensi 28x/menit, iramanya cepat dan dangkal
Ictus cordis                    : Tidak terlihat tetapi teraba
Suara napas tambahan    : Ronchi

H.    Abdomen                       : Bentuk supel, tidak ada massa, umbilicus masuk kedalam,     tidak ada nyeri tekan.

I.       Genitalia dan anus         : Anus tidak ada Hemoroid

J.       Status Neurologis           : GCS  (E : 4 , M : 5 , V :6 ) jumlah 15

K.    Ekstremitas
Keadaan ekstremitas                                 : Baik
Atropi otot                                                            : Tidak ada
ROM                                                         : Baik
Kaku sendi                                                : Tidak ada
Edema pitting dan derajat kedalaman      : Tidak ada
Perabaan Akral                                          : Hangat
Capillary refill tame (CRT)                       : < 3 detik (normal)
Uji Kekuatan Otot :
Ekstermitas atas :
Kanan :
1
2
3
4  
5  √
Kiri :
1
2
3
4
5  √
Ekstermitas bawah :
Kanan
1
2
3
4  
5  √
Kiri
1
2
3
4  
5  √


Keterangan:
1.      Tidak ada gerakan/terlihat atau teraba adanya kontraksi
2.      Gerakan otot penuh penentang gravitasi dengan sokongan
3.      Gerakan normal menentang gravitasi
4.      Gerakan normal penuh menentang gravitasi dengan sedikit penahan
5.      Gerakan normal penuh, menentang gravitasi dengan penahan penuh





VIII.            PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.      Laboratorium  : 08 Januari 2014
Test/ jenis pemeriksaan
Result/ hasil
Unit/ satuan
Nilai rujukan
Out of range
Within range
Darah
     Darah
         darah rutin 5 diff
               WBC
               LYM%
               MON%
               NEUTRO%
               EOS%
               BAS%
               RBC%
               MCV
               HCT
               MCH
               MCHC
               Hgb
               PLT
Kimia
    Metabolisme karbohidrat
        BSS/GDS
        Glukosa sewaktu/BSS




11,850

13,5

26.6

3,65

31
38
45






28,6

31

0,3

85



13,8
303




80



ribu/mm3
%
%
%
%
%
juta/mm3
FL
%
Pg
g/dl
g/dl
ribu/mm3




mg/dl



4.000-10.000
15-40
1-10
30-70
0-7
0-5
4-5,9
53-98
35-54
25-33
28-36
12-18
150-450




premature: 20-59
neonates: 31-59
anak-anak:59-101
laki-laki: 76-110
perempuan: 74-106

2.      DDR: Tidak ditemukan parasit


 IX.            TERAPI MEDIS
Obat – obatan :
1.      Injeksi
a.       Dexa 3 x 10 mg/IV
2.      Oral
a.       Ventolin 3x2mg
b.      Salbutamol 3x4 mg
c.       Ambroxol 3x1 mg
3.      Nebulizer, obatnya : 4x1
a.       Combivent 1 amp
b.      Pulmicort 1 amp
c.       Bisolvon : 20 tts,Ns 20 tts   
4.      Cairan : D5% 21 Tpm
















    X.            PENGELOMPOKAN DATA

DATA SUBJEKTIF
DATA OBJEKTIF
Pasien mengatakan:
1.      Sesak napas
2.      Batuk berlendir
3.      Susah tidur pada malam hari
4.      Belum mandi selama sakit

Pasien tampak:
1.      Sesak napas
2.      Batuk berlendir (lendir warna putih)
3.      Suara napas tambahan: Ronchi
4.      Bentuk dada barrel chest
5.      Gelisah
6.      Pasien sering terjaga di malam hari
7.      Rambut kusam dan berketombe
8.      Baju kotor, badan bau, gigi dan lidah kotor
9.      Tanda-tanda vital:
TD :  100/70 mmHg, N:70 x/menit,
P:28 x/menit, S:37 o C, SpO2: 95%
10.  Lab: WBC: 11.850 ribu/mm3 (4.000-10.000ribu/mm3)
MON %: 13,5% (1-10 %)
EOS%: 26,6% (0-7%)
MCHC: 45 g/dl (28-36 g/dl)
















 XI.            ANALISA DATA

NO
DATA
ETIOLOGI
PROBLEM
1















2













3















4.
DS :
Pasien mengatakan
a.   Batuk berlendir

DO :
Pasien tampak
a.       Batuk berlendir ( lendir warna putih )
b.      Suara napas tambahan: Ronchi
c.   Tanda-tanda vital:
TD : 100/70 mmHg, N:70 x/menit,
P :28 x/menit,
      S :37 o C

DS
Pasien mengatakan
a.   Sesak napas

DO
Pasien tampak
a.       Sesak
b.      SpO2 95%
c.       Tanda-tanda vital:
TD :  100/70 mmHg,
N:70 x/menit,
P :28 x/menit,
S :37 o C

DS
Pasien mengatakan
a.       Setelah sakit susah tidur pada malam hari

DO
Pasien tampak
a.       Gelisah
b.   pasien sering terjaga    pada malam hari
c.   Tanda-tanda vital:
TD: 100/70 mmHg,
N:70 x/menit,
P :28 x/menit,
S :37 o C

DS
Pasien mengatakan
a.  Belum mandi selama sakit

DO
Pasien tampak
a.  Rambut kotor dan       berketombe
b. Baju kotor dan badan bau
c. Gigi dan lidah kotor


Mukus dalam jumlah berlebihan













Keletihan otot pernapasan












Kurang kontrol tidur















Penurunan  motivasi: Mandi

Ketidakefektifan bersihan jalan napas













Ketidakefektifan pola napas












Gangguan pola tidur















Defisit perawatan diri: mandi



XII.            DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan mukus dalam jumlah berlebihan
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan keletihan otot pernapasan
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur
4. Defisit perawatan diri: mandi berhubungan dengan penurunan motivasi: mandi





RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama pasien          : Tn. M                                    Tgl masuk RS  : 08 Januari 2014, 16.30 wit
Umur                     : 34 tahun                                RM                  : 181664
Jenis kelamin         : L                                            Alamat                        : Jln. Sp 1 Kamoro Jaya
NO
DX. KEPERAWATAN
TUJUAN, KH
INTERVENSI
RASIONAL
1.















































































2.


































3.


























4.

Ketidakefektifan bersiahan jalan napas  berhubungan dengan mukus dalam jumlah berlebihan, ditandai dengan:
DS :
Pasien mengatakan
a.       Batuk berlendir

DO :
Pasien tampak
a.       Batuk berlendir (lendir warna putih)
b.      Suara napas tambahan: Ronchi
f.   TTV
TD :  100/70 mmhg, N:70 x/menit,
P :28 x/menit,
      S :37 o C



















































Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan keletihan otot pernapasan. Ditandai dengan:
DS
Pasien mengatakan
a.  Sesak napas

DO
Pasien tampak
a.       Dispneu
b.      Tanda-tanda vital:
TD :  100/70 mmhg,
N:70 x/menit,
P :28 x/menit,
S :37 o C
Spo2:95%













Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur. Ditandai dengan:
DS
Pasien mengatakan
a.       Susah tidur pada malam hari

DO
Pasien tampak
a.       Gelisah
b.      Pasien sering terjaga pada malam hari
c.       Tanda-tanda vital:
TD :  100/70 mmhg,
N:70 x/menit,
P :28 x/menit,
S :37 o C


Defisit perawatan diri : mandi berhubungan dengan penurunan motivasi
Ditandai dengan:
DS
Pasien mengatakan
a.  Belum mandi selama Sakit
DO
Pasien tampak

a. Rambut kotor dan berketombe
b. baju kotor dan badan bau
c. Gigi dan lidah kotor
d. Tanda-tanda vital:
 TD :100/70Mmhg, N:70 x/mnt, P :28 x/mnt,S :37 o C


Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3x24 jam masalah keperawatan Bersihan jalan napas dapat teratasi dengan KH:
a.       Tidak batuk berlendir
b.      Mempertahankan jalan napas paten dgn bunyi napas bersih
c.       TTV dalam batas normal
TD : 120/80 mmhg
N : 60-100 x/menit
P : 16-24 x/menit
SB : 36-37,5oc




















































Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah keperawatan pola napas dapat teratasi dengan KH:
a.   Menunjukkan pola napas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam rentang normal
b.  Tidak menggunakan otot bantu pernapasan
e. TTV dalam  batas normal
TD : 120/80 mmhg
N : 60-100 x/menit
P : 16-24 x/menit
S : 36-37,5oc



Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 2x24 jam masalah keperawatan gangguan pola tidur dapat teratasi dengan KH:
A. Tidak gelisah
B. Dapat tidur
C. TTV dalam   batas normal
TD : 120/80     mmhg
N : 60-100 x/menit
P : 16-24 x/menit
SB : 36-37,5oc




Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 2x24 jam masalah keperawatan deficit perawatan diri dapat teratasi dengan KH:
a. Rambut bersih dan tidak berketombe
b. Pakian bersih dan rapih
c. Badan bersih dan segar
d. TTV dalam   batas normal
TD : 120/80     mmhg
N : 60-100 x/menit
P : 16-24 x/menit
SB : 36-37,5oc



1.      Kaji bersihan jalan nafas









2.      Auskultasi bunyi nafas. Catat adanya bunyi nafas, mis: mengi, krekels, ronki.



3.      Observasi TTV terutama pada Respirasi





4.      Ajarkan batuk efektif.








5.      Bantu dalam pemberian tindakan nebuliser







6.      Lakukan capping  dengan vibrasi






7.      Instruksikan pasien untuk menghindari iritan seperti asap rokok, aerosol, suhu yang ekstrim dari asap dan minum air hangat.




8.      Kolaborasi : berikan obat sesuai indikasi (bronkodilator,albuterol dll)



1. Kaji pola  nafas




2. Auskultasi suara napas, catat adanya suara napas tambahan


3. Observasi TTV








4. Berikan posisi yang nyaman






5. Kolaborasi: berikan oksigen





1.      Kaji faktor penyebab gangguan pola tidur

2.      Anjurkan kepada pasien untuk tidak mengkonsumsi minuman yang mengandung kafein dan aktivitas lain (main Hp)


3.      Ciptakan  suasana yang nyaman

4.      Kolaborasi dengan keluarga dalam memotivasi pasien untuk beristirahat

1.      Kaji frekwensi mandi pasien






2.      Ajarkan pasien cara merawat diri yang benar



3.      Anjurkan pasien untuk mengganti baju setiap hari

4.      Anjurkan pasien untuk menggosok gigi setiap hari


5.      Memotivasi pasien untuk mandi.
1.      Adanya penumpukan mukus pada  jalan pernapasan  (tenggorokan dan bronkiolus ) menyebabkan terganngunya proses pernafasan pada jalan  napas

2.      Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksijalan nafas dan dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas.

3.       Takipnea bisanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan selama proses infeksi akut.


4.      Teknik ini akan membantu memperbaiki ventilasi dan untuk    menghasilkan sekresi tanpa menyebabkan sesak napas dan keletihan

5.      Tindakan ini menimbulkan air ke dalam percabangan bronkial dan pada sputum, menurunkan kekentalannya, sehingga mudah evakuasi sekresi.

6.      Menggunakan gaya gravitasi untuk membantu membangkitkan seksresi dapat lebih mudah dibatukkan atau di uap.

7.      Iritan bronkial menyebabkan bronkokonstriksi dan meningkatkan pembentukkan lendir yang kemudian mengganggu klirens jalan napas dan minum air hangat  membantu mengencerkan sekret.

8.      Merilekskan otot halus dan menurunkan kongesti lokal, menurunkan spasme jalan napas.

1.   Ada atau tidaknya gangguan ventilasi dan pernafasan.


2.      Adanya suara napas tambahan (ronkhi, weezing) menunjukkan terjadinya infeksi

3.      Tacipnue napas cepat dan dangkal, bradipnue napas lambat dan dalam menunjukan adanya gangguan pada pola jalan napas

4.      Posisi yang nyaman  (semi fowler), agar mengefektifkan inspirasi dan ekspirasi

5.      Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja napas




1.      mengidentifikasi penyebab aktual dari pola tidur


2.      Peranan utama dalam tubuh adalah untuk meningkatkan kerja psikomotor sehingga tubuh tetap terjaga dan memberikan efek fisiologis berupa peningkatan energi

3.      Untuk membantu relaksasi saat tidur


4.      Keluarga merupakan  support terbesar bagi pasien



1.      Tingkat kebersihan pasien dan membantu menetapkan intervensi selanjutnya


2.      Meningkatkan tingkat pengetahuan pasien tentang kebersihan diri

3.      Meminimalisirkan resiko terkena penyakit


4.      Menjaga kebersihan gigi dan mengurangi adanya bakteri pada mulut

5.      Dorongan perawat penting untuk meningkatkan aktivitas diri pasien





CATATAN KEPERAWATAN DAN PERKEMBANGAN
Nama pasien          : Tn. M           
Ruang                    : Bangsal Theresia (Interna)               
RM                        : 181664
Hari/tgl/jam
No.DX
IMPLEMENTASI
S.O.A.P
PARAF
Rabu, 8-01-2014
17.00 wit




17.03




17.35





17.37



17.40





17.44








19.00


1.



Mengkaji bersihan jalan napas
Hasil: Adanya sekret

Mengauskultasi bunyi nafas. Catat adanya bunyi nafas, mis: mengi, krekels, ronchi.
Hasil: Ronchi

Mengobservasi TTV.
Hasil: TD: 100/70 mmHg
N: 70 x/mnt
S: 37o c
R: 28 x/mnt

Mengajarkan batuk efektif.
Hasil: pasien mampu batuk efektif

Melakukan capping  dan vibrasi
Hasil: pasien mengeluarkan sekret dengan warna putih jernih agak kental

Menginstruksikan pasien untuk menghindari iritan seperti asap rokok, aerosol, suhu yang ekstrim dari asap dan minum air hangat.
Hasil: Pasien mendengarkan instruksi dari perawat dan minum air hangat

Membantu dalam pemberian tindakan nebuliser.
Hasil: pasien merasa nyaman  

20.30 wit

S: Pasien mengatakan:
Masih batuk berlendir
O: Pasien tampak:
1.         Batuk berlendir
2.         Ronchi
3.         TTV:
TD: 110/70 mmHg
N: 87 x/mnt
S: 36,8o c
R: 24 x/mnt

A: Masalah  teratasi      sebagian

P: Intervensi dilanjutkan sebagian (1,2,4,5,6,8)





Yurike



17.00


17.15



17.30






17.37

2.

Mengkaji pola napas
Hasil: R: 28 x/mnt, dipsnue

Memberikan oksigen
Hasil: Diberikan O2 kanul nasal 3 liter

Mengobservasi TTV
Hasil: TD: 100/70 mmHg
N: 70 x/mnt
S: 37o c
R: 24 x/mnt
SpO2: 98 %

Memberikan posisi semi fowler
Hasil: Pasien merasa nyaman
20.40 wit
S: Pasien mengatakan:
Sudah tidak sesak            nafas.

O: Pasien tampak:
1.      Tidak sesak nafas
2.      02 kanul nasal di lepas
3.      TTV:
TD: 110/70 mmHg
N: 87 x/mnt
S: 36,8o c
R: 24 x/mnt
SpO2: 98 %

A: Masalah teratasi

P: Intervensi dihentikan




Desiana

18.00




18.03




18.08




18.10




18.12

4.

Mengkaji frekwensi mandi pasien
Hasil: Pasien mengatakan sebelum sakit mandi 3 x/hari

mengajarkan pasien cara merawat diri yang benar
Hasil: pasien mengerti apa yang dijelaskan oleh perawat

Menganjurkan pasien untuk mengganti baju setiap hari
Hasil: Pasien mendengarkan dan mengerti

Menganjurkan pasien untuk sikat gigi setiap hari
Hasil: pasien mengerti tapi tidak melakukan

Memotivasi pasien untuk mandi.
Hasil: Pasien mengatakan belum mau mandi

20.45 wit
S: Pasien mengatakan:
    Belum mau mandi

O: Pasien tampak:
1.      Baju kotor
2.      Badan bau
3.      Rambut kotor tampak ada ketombe
4.      Gigi kotor
A: Masalah belum                  teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
(1,2,3,4,5)



Yurike













Hari/tgl/jam
No.DX
IMPLEMENTASI
S.O.A.P
PARAF
Rabu , 9-01-2014
21.30



21.33




22.40





21.45




06.00




06.30






06.35

1.


Mengkaji bersihan jalan napas
Hasil: Adanya sekret

Mengauskultasi bunyi nafas. Catat adanya bunyi nafas, mis: mengi, krekels, ronchi.
Hasil: Ronchi

Mengobservasi TTV.
Hasil: TD: 110/80 mmHg
N: 90 x/mnt
S: 36,5o c
R: 22 x/mnt

Memberikan obat sesuai indikasi.
Hasil: Ventolin 2 mg dan ambroxol 3x1mg

Memberikan obat sesuai indikasi.
Hasil: Ventolin 2 mg dan ambroxol 3x1mg

Melakukan cluping dan vibrasi malam hari sesuai yang diharuskan.
Hasil: Pasien mengeluarkan sekret dengan warna putih jernih agak kental

Membantu dalam pemberian tindakan nebuliser
Hasil: Pasien merasa nyaman
Kamis, 06.45

S: Pasien mengatakan:
Masih batuk berlendir
O: Pasien tampak:
1.      Batuk berlendir
2.      Ronchi
3.      TTV:
TD: 120/80 mmHg
N: 94 x/mnt
S: 36,0o c
R: 22 x/mnt

A: Masalah teratasi sebagian

P: Intervensi dilanjutkan sebagian (1, 2,3,6,8)

Hasan

21. 20





21.35





21.42








21.45

3.

Mengkaji faktor penyebab gangguan pola tidur
Hasil: Pasien mengatakan tidur bisa tidur karena batuk dan gelisah

Menciptakan suasana yang nyaman, lingkungan dan gangguan tidur
Hasil: Suasana lingkungan tenang.

Menganjurkan kepada pasien untuk tidak mengkonsumsi minuman yang mengandung kafein dan aktivitas lain (main Hp)
Hasil: Pasien tidak minum kopi tapi melakukan aktivitas lain (main Hp)

Berkolaborasi dengan keluarga dalam memotivasi pasien untuk beristirahat
Hasil: Tidak ada keluarga yang mendampingi











06.50
S: Pasien mengatakan:
Tidak bisa tidur karena batuk.

O: Pasien tampak:
1.  Gelisah
2.  Susah tidur

A: Masalah belum teratasi

P: Intervensi dilanjutkan  (1,2,3,4)
Elias
Hari/tgl/jam
No.DX
IMPLEMENTASI
S.O.A.P
PARAF
Kamis, 9-01-2014
O7.50



08.00




08.05





11.40





13.30



1.


Mengkaji bersihan jalan napas.
Hasil: Ada sekret

Mengauskultasi bunyi nafas. Catat adanya bunyi nafas, mis: mengi, krekels, ronchi.
Hasil: Ronchi

Mengobservasi TTV.
Hasil: TD: 110/80 mmHg
N: 80 x/mnt
S: 36,5o c
R: 21 x/mnt

Melakukan capping dan vibrasi.
Hasil: Pasien mengeluarkan sekret dengan warna putih jernih agak kental

Berikan obat sesuai indikasi.
Hasil: Ventolin 2 mg dan ambroxol 3x1 mg


13.50

S: Pasien mengatakan:
Masih batuk berlendir
O: Pasien tampak:
1.      Batuk berlendir
2.      Ronchi
3.      TTV:
TD: 120/90 mmHg
N: 85 x/mnt
S: 36,1o c
R: 20 x/mnt

A: Masalah  teratasi sebagian

P: Intervensi dilanjutkan sebagian (1,2,3,6,8)

Angel
08.30




08.33




08.40




08.43





08.45
4.
Mengkaji frekwensi mandi pasien
Hasil: Pasien mengatakan belum mandi

Mengajarkan pasien cara merawat diri yang benar
Hasil: Pasien mengerti tapi belum melakukan

Menganjurkan pasien untuk sikat gigi setiap hari
Hasil: Pasien belum melakukan

Menganjurkan pasien untuk mengganti baju setiap hari
Hasil: Pasien mendengarkan dan tapi tidak mengganti pakaian

Memotivasi pasien untuk mandi
Hasil: Pasien mengatakan malas mandi

13.55
S: Pasien mengatakan:
    Belum mau mandi

O: Pasien tampak:
1.      Baju kotor
2.      Badan bau
3.      Rambut kotor tampak ada ketombe
A: Masalah teratasi sebagian

P: Intervensi dilanjutkan (1,3,4,5)
Sri
Wa maryam


                             











Hari/tgl/jam
No.DX
IMPLEMENTASI
S.O.A.P
PARAF
Kamis, 9-01-2014
14.20 wit



14.23




14.35





14.37
1.


Mengkaji bersihan jalan napas..
Hasil: Ada sekret

Mengauskultasi bunyi nafas. Catat adanya bunyi nafas, mis: mengi, krekels, ronchi.
Hasil: Ronchi

Mengobservasi TTV.
Hasil: TD: 110/80 mmHg
N: 95 x/mnt
S: 37,1o c
R: 21 x/mnt

Melakukan capping dan vibrasi.
Hasil: Pasien mengeluarkan sekret dengan warna putih jernih agak kental

20.30 wit
S: Pasien mengatakan:
Masih batuk berlendir
O: Pasien tampak:
1.      Batuk berlendir
2.      Ronchi
3.      TTV:
TD: 110/90 mmHg
N: 80 x/mnt
S: 36,4o c
R: 20 x/mnt

A: Masalah  teratasi sebagian

P: Intervensi dilanjutkan sebagian (1,2,3,6, 8)
Hendrieta
Daniel 
17.00




17.03




17.08




17.10
4.
Mengakaji frekwensi mandi pasien
Hasil: Pasien mengatakan belum mandi

Menganjurkan pasien untuk sikat gigi setiap hari
Hasil: Pasien belum melakukan

Menganjurkan pasien untuk mengganti baju setiap hari
Hasil: Pasien mendengarkan tapi tidak mengganti pakaian

Memotivasi pasien untuk mandi
Hasil: Pasien mengatakan malas mandi
20.40 wit
S: Pasien mengatakan:
    Belum mau mandi

O: Pasien tampak:
1.      Baju kotor
2.      Badan bau
3.      Rambut kotor tampak ada ketombe
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
Yurike

Hari/tgl/jam
No.DX
IMPLEMENTASI
S.O.A.P
PARAF
Kamis, 9-01-2014
21.30



21.35






22.00





06.00




06.02






06.06

1.


Mengkaji bersihan jalan napas
Hasil: Ada sedikit sekret

Mengauskultasi bunyi nafas. Catat adanya bunyi nafas, mis: mengi, krekels, ronchi.
Hasil: Tidak ada bunyi tambahan dan bunyi nafas vesikuler

Mengobservasi TTV.
Hasil: TD: 120/80 mmHg
N: 80 x/mnt
S: 37o c
R: 20 x/mnt

Memberikan obat sesuai indikasi.
Hasil: Ventolin 2 mg dan ambroxol 3x1

Melakukan capping dan vibrasi.
Hasil: Pasien mengeluarkan sekret dengan warna putih jernih agak kental


Memberikan obat sesuai indikasi.
Hasil: Ventolin 2 mg dan ambroxol 3x1

Jumat, 06.50

S: Pasien mengatakan:
Batuk sudah berkurang
O: Pasien tampak:
1.      Batuk berkurang
2.      Bunyi nafas vesikuler
3.         TTV:
TD: 110/80 mmHg
N: 87 x/mnt
S: 36o c
R: 20 x/mnt

A: Masalah teratasi sebagian

P: Intervensi dilanjutkan sebagian (1,2,3,6, 8)

Rista
21.20




21.35





21.40
3.
Mengkaji faktor penyebab gangguan pola tidur
Hasil: Pasien mengatakan sudah dapat tidur semalam

Mengobservasi TTV
Hasil: TD: 120/80 mmHg
N: 80 x/mnt
S: 37o c
R: 24 x/mnt

Menciptakan suasana yang nyaman, kurangi atau hilangkan distraksi lingkungan dan gangguan tidur
Hasil: Suasana lingkungan tenang
04.40.
S: Pasien mengatakan:
Sudah dapat tidur semalam

O: Pasien tampak:
1.      Tertidur
2.      Tenang
3.      TTV: TD: 120/80 mmHg
N: 80 x/mnt
R: 24 x/mnt
S: 37oc
A: Masalah teratasi
P: Intervensi hentikan
Desiana














Hari/tgl/jam
No.DX
IMPLEMENTASI
S.O.A.P
PARAF
Jumat, 10-01-2014
08.00


08.03




08.10



1.

Mengkaji bersihan jalan napas
Hasil: Tidak ada sekret

Mengauskultasi bunyi nafas. Catat adanya bunyi nafas, mis: mengi, krekels, ronchi.
Hasil: Bunyi napas vesikuler

Mengobservasi TTV.
Hasil: TD: 110/80 mmHg
N: 84 x/mnt
S: 36,5o c
R: 22 x/mnt


13.40 wit
S: Pasien mengatakan:
Batuk berkurang  dan tidak ada lendir
O: Pasien tampak:
1.      Jarang   batuk
2.      Bunyi napas vesikuler
3.      TTV:
TD: 120/80 mmHg
N: 80 x/mnt
S: 36,3o c
R: 20 x/mnt

A: Masalah teratasi

P: Intervensi hentikan

Hasan
Sri
08.10




08.15




08.18
4.
Mangkaji frekwensi mandi pasien
Hasil: Pasien mengatakan belum mandi

Manganjurkan pasien untuk mengganti baju setiap hari
Hasil: Pasien mendengarkan dan mau mengikuti

Memotivasi pasien untuk mandi
Hasil: Pasien mengatakan mau mandi
13. 30wit
S: Pasien mengatakan:
    Belum mau mandi

O: Pasien tampak:
1.      Baju bersih dan rapi
2.      Badan bersih
3.      Rambut bersih

A: Masalah teratasi

P: Intervensi dihentikan
Wa maryam
Elias



BAB IV
PENUTUP


A.    Kesimpulan
Asuhan keperawatan pada pasien COPD dilakukan pada Tn M di bangsal theresia RSMM Mimika.
1.      Pengkajian : Data data yang di dapat pada saat pengkajian kasus melalui metode wawancara baik langsung dari pasien maupun tidak langsung melalui keluarganya.
2.      Dignosa: Menurut teori diagnosa yang muncul dengan COPD yaitu 6 diagnosa keperawatan sedangkan dengan kasus yang muncul ada 4 diagnosa yaitu ketidakefektifan bersihan jalan napas, ketidakefektifan pola napas, gangguan pola tidur dan defisit perawatan dir mandi.
3.      Perencanaan : Pada tahap perencanaan kelompok menggunakan sumber literatur  dan meyesuaikan dengan kondisi klien dan sarana prasarana yang ada diruangan untuk menunjang tindakan keperawatan.
4.      Implementasi : Pelaksanaan keperawatan dapat di laksanakan atas kerja sama klien, keluarga, perawat ruangan, dan tim kesehatan yang ada di rumah sakit.
5.      Evaluasi : Evaluasi dilakukan setelah melakukan asuhan dalam proses pengobatan dengan menggunakan pendekatan subjektif, objektif, analisa dan planing (SOAP). Kemudian hasil evaluasi di dokumentasikan didalam catatan keperawatan.

B.     Saran
1.      Bagi Perawat
Peningkatan pemahaman, pengetahuan dan ketrampilan tentang teori dan prosedur asuhan keperawatan penting agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat dan sesuai dengan yang dibutuhkan klien maka dari itu perawat klinik perlu mengikuti sejumlah pelatihan-pelatihan.

2.      Bagi Akademik
Pengetahuan dalam tindakan asuhan keperawatan di ruang interna pada pasien COPD sangat diperlukan maka untuk itu akademik bisa menambah jam-jam kuliah tentang perawatan pasien COPD, agar mahasiswa dapat menambah wawasan dan pengetahuannya. Jadi sewaktu mahasiswa terjun ke lapangan mahasiswa sudah memiliki bekal dan siap mengaplikasikannya.



DAFTAR PUSTAKA


Doenges, Marilynn E. (1999) Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Pasien, alih bahasa: I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati, edisi 3, Jakarta: EGC

Long Barbara C. (1996) Perawatan medical Bedah Suatu pendekatan Proses keperawatan, alih bahasa: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran Bandung, Bandung

Nugroho, Wahjudi (2000) Keperawatan Gerontik, edisi 2, Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne C. (2001) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, alih bahasa: Agung Waluyo (et. al.), vol. 1, edisi 8, Jakarta: EGC

http://agathastriratnasari.blogspot.com/2012/10/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan_9.html



















DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI  ...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang.......................................................................................................... 1
B.     Tujuan 1
1.      Tujuan Umum..................................................................................................... 1
2.      Tujuan Khusus.................................................................................................... 1
C.     Metode Penulisan..................................................................................................... 2
D.    Sistematika Penulisan............................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORI
A.    KONSEP DASAR MEDIS
1.      Definisi............................................................................................................... 3
2.      Anatomi Fisiologi............................................................................................... 3
3.      Klasifikasi........................................................................................................... 6
4.      Etiologi............................................................................................................... 6
5.      Patofisiologi........................................................................................................ 6
6.      Manifestasi Klinis............................................................................................... 7
7.      Komplikasi.......................................................................................................... 7
8.      Pemeriksaaan Penunjang..................................................................................... 8
9.      Penatalaksanaan.................................................................................................. 8
B.     KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1.      Pengkajian........................................................................................................... 9
2.      Diagnosa Keperawatan...................................................................................... 10
3.      Rencana Keperawatan....................................................................................... 11






iii
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A.    Identitas Diri Klien.................................................................................................. 16
B.     Keluhan  Utama....................................................................................................... 16
C.     Riwayat Keluhan Utama......................................................................................... 16
D.    Riwayat Kesehatan Masa Lalu................................................................................ 16
E.     Riwayat Kesehatan Keluarga.................................................................................. 17
F.      Pengkajian Pola Kesehatan...................................................................................... 18
G.    Pemeriksaan Fisik.................................................................................................... 21
H.    Pemeriksaan Penunjang........................................................................................... 23
I.       Terapi Medis............................................................................................................ 24
J.       Pengelompokan Data............................................................................................... 24
K.    Analisa Data............................................................................................................ 25
L.     Diagnosa Keperawatan............................................................................................ 26
M.   Rencana Asuhan Keperawatan ............................................................................... 27
N.    Catatan Keperawatan Dan
Perkembangan.......................................................................................................... 32
BAB IV  PENUTUP
A.    KESIMPULAN....................................................................................................... 44
B.     PENUTUP............................................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA















iv

No comments:

Post a Comment